Pengetahuan Awal Biologi Siswa
Eureka Pendidikan - Pembelajaran Biologi sangat erat kaitannya dengan teori belajar konstruktivisme. “Konstruktivisme merupakan landasan berpikir (filosofi) pendekatan kontekstual, yaitu pengetahuan dibangun sedikit demi sedikit, yang hasilnya diperluas melalui konteks yang terbatas (sempit) dan tidak dengan tiba-tiba (Sagala, 2010: 88)”. Kaitan antara pembelajaran Biologi dengan teori konstruktivis tersebut, didasarkan oleh hakikat dari Biologi itu sendiri yang tidak terlepas dari kehidupan sehari-hari siswa. Sehingga, siswa senantiasa memiliki kontak langsung dengan beragam objek kajian Biologi. “Berdasarkan kontak langsung dengan fenomena yang sering ditemui tersebut, struktur kognisi siswa akan memberikan makna dalam bentuk suatu konsepsi (pemahaman) tentang fenomena tersebut (Saptono, 2006: 264)”. Pemahaman inilah yang menjadi dasar bahwa dalam mempelajari Biologi, siswa dipahami telah memiliki pengetahuan awal. Sehingga proses belajar dalam Biologi memerlukan diketahuinya pengetahuan awal siswa terkait materi ajar Biologi, yang nantinya dapat mendukung tercapainya
hasil belajar yang sesuai dengan harapan.
Proses belajar Biologi yang pernah dialami oleh siswa pada jenjang pendidikan sebelumnya, ataupun pengalaman yang diperoleh siswa dalam kehidupan sehari-hari, menjadikan dasar bagi terbentuknya pengetahuan awal siswa. Karena pada dasarnya, “
hasil belajar bukan hanya ditentukan oleh lingkungan atau kondisi belajar, tetapi pengetahuan awal siswa (Rustaman, 2005: 171”). Pengetahuan awal siswa, tentu tidaklah sama antara satu siswa dengan siswa yang lain. Karena pada dasarnya, siswa memiliki karakteristik masing-masing.
“Siswa adalah organisme yang unik yang berkembang sesuai dengan tahap perkembangannya. Perkembangan anak adalah perkembangan seluruh aspek kepribadiannya, akan tetapi tempo dan irama perkembangan masing-masing anak pada setiap aspek tidak selalu sama (Sanjaya, 2010: 17)”.
Proses pembelajaran dapat dipengaruhi oleh perkembangan anak yang tidak sama, di samping karakteristik lain yang melekat pada diri anak. Oleh karena itu, pengetahuan awal yang dimiliki pun tentu berbeda-beda, akibat perbedaan tempo perkembangan siswa atau perbedaan dalam menerima dan memaknai proses belajarnya.
Selain dapat menjadi salah satu dasar bagi tercapainya
hasil belajar, pengetahuan awal siswa yang teridentifikasi dapat digunakan untuk mendiagnosis kemampuan dan kebutuhan siswa dalam
belajar. Karena tugas guru dalam proses pembelajaran, bukan hanya sebagai pusat informasi melainkan pendiagnosis serta fasilitator dalam belajar.
Sehingga dapatlah dipahami bahwa pengidentifikasian pengetahuan awal siswa memang menjadi hal yang perlu diperhatikan untuk mengawali proses belajar Biologi. “Pengajaran akan berhasil bila dimulai dari apa yang telah diketahui oleh peserta didik. Ini berarti bahwa guru harus mengetahui terlebih dahulu pengetahuan dan tingkah laku yang telah dimiliki oleh peserta didik, baik pengetahuan dan pengalaman dalam pengertian luas maupun pengetahuan dan tingkah laku pra-syarat bagi bahan pengajaran berikutnya (Rohani, 2004: 171)”.
Karena melalui pengidentifikasian pengetahuan awal siswa, maka proses belajar akan disesuaikan dengan kemampuan siswa. Dengan demikian, hasil belajar yang menjadi tujuan akan lebih mudah untuk dicapai. “Karena, seringkali ditemui, dalam mengembangkan
pembelajaran Biologi, guru langsung membahas materi yang telah dipersiapkan. Jarang sekali guru mengawali pembelajaran dengan menggali pengetahuan awal siswa berkaitan dengan materi yang akan dibahas secara terstruktur. Jika ada guru yang melakukan pre-test pada awal pembelajaran, maka tes yang dilakukan tersebut lebih diperuntukkan guna membandingkan hasil pre-test dengan post-test yang akan dilaksanakan setelah pembelajaran, bukan untuk mengetahui hal-hal atau konsep-konsep yang telah dipahami siswa, yang mungkin masih salah dan perlu diperbaiki selama proses pembelajaran (Saptono, 2006: 264-265)”.
Pembelajaran Biologi di sekolah memang berkaitan dengan beragam konsep, fakta dan teori, yang keseluruhannya memiliki kaitan satu sama lain. Sehingga keseluruhannya perlu dipahami secara utuh. Selain itu, materi ajar Biologi yang kompleks dan saling berkaiatan, menyebabkan perlunya pemahaman yang kuat pada materi dasar yang nantinya akan menjadi dasar untuk memasuki materi selanjutnya. Maka, pengidentifikasian pengetahuan awal siswa dapat meminimalisir terjadinya miskonsepsi dalam
belajar.