Langkah-Langkah Pengembangan Tes
Eureka Pendidikan. Ada delapan langkah yang perlu ditempuh dalam mengembangkan tes hasil belajara atau prestasi belajar, yaitu : (1) menyusun spesifikasi tes; (2) menulis soal tes; (3)menelaah soal tes; (4) melakukan ujicoba tes; (5) menganalisis butir soal; (6) memperbaiki tes; (7) merakit tes; (8) melaksanakan tes; (9) menafsirkan hasil tes (Mardapi, 2007: 88).
1. Menyusun Spesifikasi Tes
Langkah awal dalam mengembangkan tes adalah menetapkan spesifikasi tes yang berisis tentang uraian yang menunjukkan keseluruhan karakteristik yang harus dimiliki suatu tes. Spesifikasi tes akan mempermudah dalam menulis soal dan siapa saja yang menulis soal akan menghasilkan tingkat kesulitan yang relatif sama. Penyusunan spesifikasi tes mencakup kegiatan berikut ini :
a. Menentukan Tujuan Tes
Terdapat empat macam tes yang digunakan lembaga pendidikan, yaitu tes penempatan, tes diagnostik, tes formatif, dan tes sumatif.
Tes ini dilakukan di awal pelajaran. Hasil tes ini digunakan untuk mengetahui tingkat kemampuan yang telah dimiliki peserta didik.
Tes diagnostik berguna untuk mengetahui kesulitan belajar yang dihadapi peserta didik termasuk kesalahan pemahaman konsep. Tes ini dilakukan jika diperoleh informasi bahwa sebagian besar peserta didik gagal dalam mengikuti proses pembelajaran.
Tes formatif bertujuan untuk memperoleh masukan tentang keberhasilan pelaksanaan proses pembelajaran. Tes ini dilakukan secara periodik sepanjang semester. Materi tes dipilih berdasarkan tujuan pembelajaran tiap pokok bahasan atan sub pokok bahasan.
Tes sumatif diberikan di akhir pelajaran, atau akhir semester. Hasil ini menentukan keberhasilan belajar peserta didik untuk mata pelajaran tertentu.
b. Menyusun Kisi- Kisi
Kisi-kisi merupakan tabel matrik yang berisi spesifikasi soal-soal yang akan dibuat. Kisi- kisi ini merupakan acuan bagi pembuat soal sehingga siapapun yang menulis soal akan menghasilkan soal yang isi dan tingkat kesulitannya relatif sama. Terdapat empat langkah dalam mengembangkan kisi-kisi tes, yaitu :
- Menulis tujuan umum
- Membuat daftar pokok bahasan dan sub pokok bahasan yang akan diujikan
- Membuat indikator
- Menentukan jumlah soal tiap pokok bahasan dan subpokok bahasan
c. Menentukan Bentuk Tes
Bentuk tes objektif yang sering digunakan adalah bentuk pilihan ganda, benar-salah, menjodohkan, dan uraian objektif. Tes uraian dapat dikategorikan uraian objektif dan non-objektif. Tes uraian yang objektif sering digunakan pada sains dan teknologi atau biadang sosial yang jawaban soalnya sudah pasti, dan hanya satu jawaban yang benar. Tes uraian non-objektif sering digunakan pada bidang ilmu sosial, yaitu yang jawabannya luas dan tidak hanya satu jawaban yang benar, tergantung argumentasi peserta tes. Bentuk tes dikatakan non-objektif apabila penilaian yang dilakukan cenderung dipengaruhi subjektivitas dari penilai.
d. Menentukan Panjang Tes
Penentuan panjang tes berdasarkan pada cakupan materi ujian dan kelelahan peserta tes. Pada umumnya tes tertulis menggunakan waktu 90 menit sampai 150 menit, namun untuk tes jenis praktek bisa lebih dari itu. Penentuan panjang tes berdasarkan pengalaman saat melakukan tes. Khusus untuk tes baku penentuan waktu berdasarkan hasil uji coba. Namun tes untuk ulangan di kelas penentuan waktu berdasarkan pengalaman dari tiap tenaga pengajar.Waktu yang diperlukan untuk mengerjakan tes bentuk pilihan ganda adalah 2 sampai 3 menit untuk tiap butir soal bergantung pada tingkat kesulitan soal. Untuk tes bentuk uraian tes ditententuka berdasarkan pada kompleksitas jawaban yang dituntut.
2. Menulis Soal Tes
Penulisan soal merupakan langkah menjabarkan indikator menjadi pernyataan-pernyataan yang karakteristiknya sesuai dengan kisi-kisi yang telah dibuat. Setiap pertanyaan perlu disusun dengan baik sehingga jelas hal yang ditanyakan dan jelas pula jawabannya.
3. Menelaah Soal Tes
Menelaah soal perlu dilakukan untuk memperbaiki soal jika ternyata dalam pembuatannya masih ditemukan kekurangan dan kesalahan. Telaah dilakukan oleh ahli yang secara bersama atau individu mengoreksi soal yang telah dibuat.
4. Melakukan Ujicoba Tes
Tahap ini dilakukan untuk memperbaiki kualitas soal yang telah disusun. Data yang diperoleh adalah data empirik, terkait reliabilitas, validitas, tingkat kesukaran, pola jawaban, efektifitas pengecoh, daya beda, dan lain-lain.
5. Menganalisis Butir Soal
Tiap butir soal perlu dianalisis lebih lanjut. Melalui ananlisis butir ini dapat diketahui antara lain: tingkat kesukaran butir soal, daya beda, dan juga efektifitas pengecoh
6. Memperbaiki Tes
Langkah selanjutnya adalah memperbaiki bagian soal yang belum sesuai dengan yang diharapkan berdasarkan analisis butir soal. Beberapa butir soal mungkin sudah ada yang baik, butir soal yang kurang baik diperbaiki kembali, sedangkan butir yang lain dapat dibuang jika tidak memenuhi standar kualitas yang diharapkan.
7. Merakit Tes
Keseluruhan butir soal yang sudah dianalisis dan diperbaiki kemudian dirakit menjadi satu kesatuan tes. Dalam merakit soal, hal-hal yang dapat mempengaruhi validitas soal seperti nomor urut soal, pengelompokan butir soal, lay out, dan sebagainya juga harus diperhatikan.
8. Melaksanakan Tes
Selanjutnya, tes yang telah disusun diberikan kepada testee (orang yang ditujukan untuk mengerjakan tes). Pelaksanaan tes memerlukan pemantauan atau pengawasan agar tes tersebut benar-benar dikerjakan oleh testee dengan jujur dan sesuai dengan ketentuan yang telah digariskan.
9. Menafsirkan Hasil Tes
Hasil tes menghasilkan data kuantitatif berupa skor. Skor kemudian ditafsirkan menjadi nilai, rendah, menengah, dan tinggi. Tinggi rendahnya nilai dikaitkan dengan acuan penilaian. Ada dua macam acuan penilaian yang sering digunakan dalam psikologi dan pendidikan, yaitu acuan norma dan kriteria.
Referensi
Mardapi, D. (2007). Teknik penyusunan instrumen tes dan nontes. Yogyakarta: Mitra Cendikia Press.