Pengertian Problem Based Instruction
Aisyah (2003;14-15) menyatakan bahwa model Problem-Based Instruction adalah salah satu model pembelajaran yang dapat membangkitkan aktivitas dan nalar siswa, sehingga kreativitas siswa dapat berkembang secara optimal. Hal ini sangat dimungkinkan karena dalam problem-based instruction, siswa dilatih untuk menjawab suatu permasalahan nyata yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari. Menurut Dewey (dalam Trianto, 2007;67) belajar berdasarkan masalah adalah interaksi antara stimulus dengan respons, merupakan hubungan antara dua arah belajar dan lingkungan. Lingkungan memberi masukan pada siswa berupa bantuan dan masalah, sedangkan sistem saraf otak berfungsi menafsirkan bantuan itu secara efektif sehingga masalah yang dihadapi dapat diselidiki, dinilai, dianalisis serta dicari pemecahannya dengan baik.
Pembelajaran berdasarkan masalah (Problem-Based Instruction) merupakan pembelajaran dengan pendekatan konstruktivis, sebab disini guru berperan sebagai penyaji, penanya, mengadakan dialog, pemberi fasilitas penelitian, menyiapkan dukungan dan dorongan yang dapat meningkatkan pertumbuhan inkuiri dan intelektual peserta didik (Abbas, 2004;834). Menurut Nasution (2000;33) prinsip utama pendekatan kontruktivis adalah pengetahuan tidak diterima secara pasif, tetapi dibangun secara aktif oleh individu.
Esensi Problem-Based Instruction terdiri dari memperkenalkan kepada siswa tentang situasi masalah yang sebenarnya dan bermakna yang dapat digunakan sebagai sarana untuk investigation (penyelidikan) dan inquiry (pemeriksaan) (Hobri, 2009;104). Berdasarkan prinsip tersebut dapat dikatakan bahwa Problem-Based Instruction merupakan salah satu model yang mampu mengaktifkan siswa untuk belajar. Teori-teori pendukung Problem-Based Instruction adalah: (1) teori Dewey tentang pembelajaran dari pengalaman siswa, (2) teori Piaget tentang teori kognitif, (3) teori Vygotsky tentang pengalaman yang membentuk perkembangan kognitif, dan (4) teori Bruner tentang belajar penemuan.
Menurut Hobri (2009; 104) ciri-ciri Problem-Based Instruction adalah (a) memberikan pertanyaan atau masalah, (b) difokuskan pada interdisipliner ilmu, (c) investigasi sebenarnya, (d) kolaborasi, dan (e) hasil kerja siswa dalam bentuk artifacts dan exhibits (artifacts adalah benda atau barang hasil kecerdasan manusia, seperti perkakas, senjata dan lain-lain, exhibits adalah barang atau kemampuan yang dapat dipamerkan). Problem-Based Instruction mengorganisasi pembelajaran antara pertanyaan-pertanyaan dan masalah-masalah (baik secara personal dan sosial) sehingga penting dan bermakna bagi siswa. Problem-Based Instruction menunjukkan sesuatu yang sebenarnya, situasi kehidupan nyata yang menghindari jawaban sederhana dan hanya melengkapi jawaban yang sudah ada.
Sintaks Model Problem-Based Instruction
Problem-Based Instruction berisi 5 fase utama yang dimulai dengan orientasi guru yang mengarahkan siswa tentang situasi masalah dan akhirnya persentase dan analisis hasil pekerjaan dan artifacts siswa. Jika ruang lingkup masalah yang diberikan sempit, maka 5 fase dapat diselesaikan dalam satu periode di kelas, namun jika ruang lingkup masalah luas dan kompleks, mungkin memerlukan waktu yang lebih banyak. Kelima fase tersebut dijelaskan berdasarkan langkah-langkah pada tabel.
Tahap | Aktivitas Guru | Aktivitas Siswa |
Tahap-1 Orientasi siswa pada masalah |
Menjelaskan tujuan pembelajaran, mengajukan fenomena atau demonstrasi atau cerita untuk memunculkan masalah, menjelaskan sarana dan prasarana yang dibutuhkan dan memotivasi untuk siswa terlibat dalam aktivitas problem solving yang dipilih sendiri. |
Memperhatikan guru dengan seksama, merumuskan masalah, menyiapkan sarana dan prasarana yang dibutuhkan, dan menentukan aktivitas problem-solving yang sesuai.
|
Tahap-2 Mengorganisasi siswa untuk belajar |
Membagi siswa dalam kelompok, membantu siswa untuk mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan dengan masalah tersebut. |
Berkumpul dalam kelompok yang telah ditentukan, mendefinisikan (menyebutkan) dan mengorganisasikan (merencanakan) tugas-tugas belajar yang berhubungan dengan masalah tersebut. |
Tahap-3 Membimbing penyelidikan kelompok |
Mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi yang sesuai, melakukan eksperimen, dan mencari penjelasan serta pemecahan masalah. |
Merumuskan hipotesis, melakukan eksperimen, mengumpulkan data, diskusi kelompok, melakukan penyelidikan, melakukan analisis data, memecahkan masalah dan membuat kesimpulan. |
Tahap-4 Mengembangkan dan menyajikan hasil karya |
Membantu siswa dalam merencanakan dan menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan serta membantu siswa untuk berbagi tugas dengan anggota kelompoknya. |
Menyusun laporan (hasil karya), menyiapkan penyajian hasil karya, membagi tugas dengan anggota kelompoknya, membuat kesimpulan dan menyajikan hasil karya. |
Tahap-5 Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah |
Membantu siswa untuk melakukan refleksi dan evaluasi terhadap penyelidikan mereka dan proses-proses yang mereka gunakan. |
Merefleksi dan mengevaluasi penyelidikan (apakah hasil penyelidikan sudah tepat dan proses yang digunakan sudah benar) |
Sistem Sosial Model Problem-Based Instruction
Sistem sosial yang mendukung adalah kerjasama, kebebasan intelektual, dan kedekatan guru dengan siswa dalam proses teacher-asisted instruction, minimnya peran guru sebagai transmitter pengetahuan, interaksi sosial yang efektif, dan latihan investigasi masalah kompleks. Dalam proses kerjasama, interaksi siswa didorong dan digalakkan. Lingkungan intelektual ditandai oleh sifat terbuka terhadap berbagai ide yang relevan.
Prinsip-prinsip Reaksi Model Problem-Based Instruction
Prinsip-prinsip reaksi yang harus dikembangkan adalah: peranan guru sebagai pembimbing dan negosiator. Peran-peran tersebut dapat ditampilkan secara lisan selama proses pendefinisian dan pengklarifikasian masalah.
Sarana Pembelajaran Model Problem-Based Instruction
Sarana pendukung model pembelajaran ini adalah: lembar kerja siswa, bahan ajar, panduan bahan ajar untuk siswa dan untuk guru, artikel, jurnal, kliping, peralatan demonstrasi atau eksperimen yang sesuai, model analogi, meja dan kursi yang dimobilisasi atau ruangan kelas yang sudah ditata untuk itu.
Dampak Pembelajaran dan Dampak Pengiring Model Problem-Based Instruction
Dampak pembelajaran adalah pemahaman tentang kaitan pengetahuan dengan dunia nyata, dan bagaimana menggunakan pengetahuan dalam pemecahan masalah kompleks. Dampak pengiringnya adalah mempercepat pengembangan self-regulate learning, menciptakan lingkungan kelas yang demokratis, dan efektif dalam mengatasi keragaman siswa.
Kekurangan dan Kelebihan Model Problem-Based Instruction
Kelebihan dan kekurangan model Problem-Based Instruction adalah sebagai berikut:
a. Kelebihan
- Bahan pengajaran lebih dihayati dan dipahami oleh para siswa, sebab teori disertai praktek.
- Siswa dapat belajar dari berbagai sumber, baik tertulis maupun tidak tertulis sehingga memperoleh pengalaman yang luas. Problem solving sebagai teknik memahami isi pelajaran.
- Dapat meningkatkan aktivitas siswa.
- Interaksi sosial antar siswa lebih banyak dikembangkan sebab hampir setiap langkah dalam pengajaran ini ada dalam situasi kelompok.
- Siswa belajar melakukan analisis dan sintesis secara simultan, baik dalam rangka memperoleh data maupun dalam menguji hipotesis berdasarkan data dan informasi yang diperolehnya.
- Membiasakan siswa berfikir secara logis dan sistematis dalam pemecahan masalah.
- Pengajaran ini memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengaplikasikan pengetahuan yang mereka miliki dalan dunia nyata.
- Membantu siswa melibatkan pada kegiatan belajar sehingga pengetahuannya benar-benar diserapnya dengan baik.
b. Kekurangan
- Menuntut sumber-sumber dan sarana belajar yang cukup termasuk waktu untuk kegiatan belajar siswa.
- Jika kegiatan belajar tidak dikontrol dan dikendalikan oleh guru pembelajaran dapat membawa resiko yang merugikan. Misalnya, keselamatan kerja di laboratorium, keselamatan pada waktu pengumpulan data di lapangan, atau kegiatan belajar siswa tidak optimal disebabkan oleh sikap ketidakpedulian para siswa.
- Apabila masalah tidak berbobot, maka usaha para siswa asal-asalan saja sehingga cenderung untuk menerima hipotesis.
- Bagi siswa yang malas, tujuan dari model ini tidak dapat tercapai sesuai dengan harapan pengajar.
Kekurangan-kekurangan di atas dapat di atasi dengan menyiapkan sumber belajar yang memadai bagi peserta didik, alat-alat untuk menguji jawaban atau dugaan, perlengkapan kurikulum, serta menyiapkan waktu yang cukup. Guru dituntut untuk aktif memotivasi siswa untuk melakukan penyelidikan, menciptakan lingkungan kelas yang terbuka dan membimbing pertukaran gagasan.
REFERENSI
Abbas, N. 2004. Penerapan Model Pembelajaran Berdasarkan Masalah (Problem-Based Instruction) dalam Pembelajaran Matematika di SMU. Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, 10 (051): 831-840.
Aisyah, N. 2003. Efektivitas Pembelajaran Problem Based Instruction (PBI) pada Mata Pelajaran Matematika SLTP Melalui Pola Kolaboratif. Jurnal Forum Kependidikan, 23(1): 13-27.
Hobri, H. 2009. Model-Model Pembelajaran Inovatif. Jember: CSS jember.
Nasution. 2000. Didaktik Asas-Asas Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara.
Trianto. 2007. Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik. Jakarta: Prestasi Pustaka Publisher.