Model Pembelajaran Jigsaw pertama kali dikembangkan oleh Elliot Aronson dan koleganya di Universitas Texas pada tahun 1978 (Ibrahim et al., 2000:21). Dalam belajar kooperatif tipe jigsaw,secara umum siswa dikelompokkan secara heterogen dalam kemampuan. Siswa diberi materi yang baru atau pendalaman dari materi sebelumnya untuk dipelajari. Masing-masing anggota kelompok secara acak ditugaskan untuk menjadi ahli (expert) pada suatu aspek tertentu dari materi tersebut. Setelah membaca dan mempelajari materi,”ahli” dari kelompok berbeda berkumpul untuk mendiskusikan topik yang sama dari kelompok lain sampai mereka menjadi “ahli” di konsep yang ia pelajari. Kemudian kembali ke kelompok semula untuk mengajarkan topik yang mereka kuasai kepada teman sekelompoknya. Jadi, dalam jigsaw, siswa bergantung pada kepada teman satu kelompok asal untuk bisa memahami keseluruhan materi.
Pada tahun 2002, Holliday mengembangkan model pembelajaran jigsaw yang diberi nama model pembelajaran jigsaw IV. Model pembelajaran koopeartif jigsaw IV merupakan pengembangan dari Jigsaw I, jigsaw II, dan jigsaw III yang dirancang untuk memperbaiki model-model pembelajaran jigsaw sebelumnya. Terdapat tiga aspek baru dan penting dalam jigsaw IV yakni pendahuluan, kuis, dan re-teaching (re-teching dilakukan setelah pemberian tes dan peringkat) (Holliday: 2002). Berdasarkan pengembangan-pengembangan yang ada dalam jigsaw IV, dapat disimpulkan bahwa jigsaw IV dirancang untuk memperjelas peranan guru sebagai fasilitator. Adapun perbedaan-perbedaan yang dapat menggambarkan perkembangan model pembelajaran jigsaw dapat dilihat pada tabel (Ninna Jansoon et al. : 2008)
Jigsaw I | Jigsaw II | Jigsaw III | Jigsaw IV |
- | - | - | Pendahuluan |
Lembar Ahli dibagikan ke Kelompok Ahli | Sama dengan Jigsaw I | Sama dengan Jigsaw I | Sama dengan Jigsaw I |
Kelompok Ahli mengerjakan pertanyaan yang ada di lembar ahli | Sama dengan Jigsaw I | Sama dengan Jigsaw I | Sama dengan Jigsaw I |
- | - | - | Melakukan kuis untuk memeriksa ketelitian hasil kerja kelompok ahli |
Ahli dalam kelompok ahli kembali ke kelompok asal dan saling menceritakan informasi yang didapatkan ke anggota sekelompoknya dalam kelompok asal | Sama dengan Jigsaw I | Sama dengan Jigsaw I | Sama dengan Jigsaw I |
- | - | - | Melakukan kuis untuk memeriksa ketelitian hasil kerja kelompok asal |
- | - | Review Proses | Sama dengan Jigsaw III |
- | Pemberian tes dan penghargaan | Sama dengan Jigsaw II | Sama dengan Jigsaw II |
- | - | - | Re-teaching |
Menurut Holliday (2002), terdapat tiga komponen penting dalam Model Pembelajaran Jigsaw IV. Tiga komponen penting tersebut adalah sebagai berikut:
1. Pendahuluan
Guru dapat memberikan pendahuluan dengan memperkenalkan materi dengan metode ceramah, mempresentasikan literatur, menyajikan masalah, menampilkan video pembelajaran, atau mungkin mengadakan pretest. Tujuan dari pendahuluan ini adalah untuk merangsang minat siswa dalam proses pembelajaran.
2. Kuis
Ketelitian hasil kerja siswa selama proses pembelajaran siswa dievaluasi dengan dua kuis:
- Kuis pertama dirancang untuk memeriksa ketelitian dan pemahaman siswa selama bekerja dalam kelompok ahli. Kuis pertama ini berdasarkan Lembar Ahli.
- Kuis kedua dirancang untuk memeriksa ketelitian dan pemahaman siswa selama bekerja dalam kelompok asal. Kuis kedua ini berdasarkan semua materi selama kegiatan belajar mengajar.
3. Re-teach
Re- teach memberikan penguatan terhadap soal dan materi yang belum begitu dikuasai serta dapat menyebabkan kesalahpahaman. Tahap Re-teahing ini berdasarkan pada posttest keseluruhan.
Holliday (2002) melanjutkan dengan mengatakan bahwa aktivitas pembelajaran dalam kelas dapat dirumuskan ke dalam sembilan tahapan proses pembelajaran, sebagai berikut:
1. Pendahuluan
Guru memperkenalkan prinsip yang berkenaan dengan keseluruhan materi dan percobaan-percobaan yang akan dilakukan selama proses belajar. Selain itu, guru juga membagi siswa ke dalam kelompok asal dan menentukan kelompok ahli. Pengelompokan siswa dilakukan dengan cara sebagai berikut:
a. Pembentukan kelompok asal
Misalkan dalam kelas ada 20 siswa, , guru membagi seluruh siswa dalam 25% ( ranking 1-5 ) kelompok sangat baik, 25%( ranking 6-10 ) kelompok baik,25% selanjutnya ( ranking 11-15 ) kelompok sedang, 25% ( ranking 16-20 rendah). Selanjutnya, guru akan membagi lagi menjadi 5 grup ( A-E ) yang isi tiap-tiap grupnya heterogen dalam kemampuan fisika dan memberi indeks 1 untuk siswa dalam kelompok sangat baik, indeks 2 untuk kelompok baik, indeks 3 untuk kelompok sedang dan indeks 4 untuk kelompok rendah.Misalkan (A1 berarti grup A dari kelompok sangat baik,...,A4 grup A dari kelompok rendah).
b. Pembentukan kelompok ahli
Selanjutnya, kelompok asal A sampai E dipecah menjadi kelompok ahli yang akan mempelajari materi yang guru berikan agar menjadi ahli. Tiap kelompok ini diberi konsep yang berbeda-beda. Setiap kelompok diharapkan bisa belajar topik yang diberikan dengan sebaik-baiknya sebelum siswa kembali ke dalam grup asal sebagai tim ahli, tentunya peran guru cukup penting dalam fase ini.
2. Membagikan lembar ahli kepada kelompok ahli.
3. Kelompok Ahli mengerjakan pertanyaan-pertanyaan yang ada di lembar ahli untuk memeriksa pemahaman terhadap materi, yang menjadi ahlinya, sebelum kembali ke kelompok asal.
4. Pemberian kuis pada masing-masing kelompok ahli untuk memeriksa ketelitian dan pemahaman siswa selama bekerja di kelompok ahli.
5. Ahli dalam kelompok ahli kembali ke kelompok asal mereka masing-masing untuk menginformasikan hasil pekerjaan mereka saat bekerja di kelompok ahli kepada teman sekelompoknya di kelompok asal.
6. Pemberian kuis pada masing-masing kelompok asal untuk memeriksa ketelitian dan pemahaman siswa mengenai keseluruhan materi selama proses pembelajaran berlangsung.
7. Mengadakan review proses yang bertujuan untuk menelaah kembali konsep-konsep yang rawan membuat siswa tidak memahami materi.
8. Pemberian tes secara keseluruhan dan penghargaan. Bentuk pengahargaan dibagi menjadi dua jenis yaitu :
a. Penghargaan Individu
Setiap kuis terlaksana, sesegera mungkin guru mengumumkan skor perkembangan individu. Hasil dari kuis diskor dan tiap individu diberi poin perkembangan. Siswa mendapat poin berdasarkan seberapa besar skor kuis mereka melampaui skor dasar mereka.
b. Penghargaan Kelompok
Menurut Slavin (dalam Isjoni, 2007:53), perhitungan skor kelompok dilakukan dengan cara menjumlahkan masing-masing perkembangan skor individu dan hasilnya dibagi sesuai dengan jumlah anggota kelompok. Pemberian penghargaan diberikan berdasarkan perolehan skor rata-rata yang dikategorikan menjadi kelompok baik, kelompok hebat, dan kelompok super.
9. Re-teach atau pengajaran kembali yang dimaksudkan untuk penguatan terhadap materi-materi, yang belum dikuasaia dan menyebabkan kesalahpahaman.
Pada dasarnya, setiap model pembelajaran mempunyai kelebihan dan kekurangan pada setiap pelaksanaannya, tak terkecuali model pembelajaran Jigsaw IV.
Kelebihan Model Pembelajaran Jigsaw IV
Kelebihan Model Pembelajaran Jigsaw IV adalah sebagai berikut:
- Dalam pembelajaran kelompok, siswa berkesempatan untuk belajar dan megajar dalam kelompok mereka, belajar topik ahli dalam kelompok ahli dan megajarkan topik ahli dalam kelompok asal sehingga dapat mengembangkan rasa percaya diri, kerja sama, dan motivasi (Barbosa et al, 2004).
- Mampu meningkatkan kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotor siswa (Eilks, 2005).
- Dapat mempelajari bagian ilmu pengetahuan yang tersusun secara hirarkis, yang berarti setiap langkah dapat dipelajari secara terpisah namun kemudian didiskusikan kembali secara bersam-sama.
- Mampu meningkatkan keterampilan berpikir kritis pada diri siswa (Aronson dan Patnoe, 1997).
- Apabila dipadukan dengan metode eksperimen, model Jigsaw IV mampu melakukan bagian-bagian percobaan tertentu, berbagi data, dan mendiskusikan bersama kembali.
- Model Jigsaw IV juga baik untuk diterapkan pada materi-materi yang bersifat abstrak seperti struktur atom (Eilks, 2005).
- Siswa merasa lebih bebas untuk menentukan keputusan pada saat belajar di kelompok mereka.
Kelemahan Model Permbelajaran Jigsaw IV
Selain itu, terdapat beberapa kelemahan dalam model permbelajaran Jigsaw IV, sebagai berikut:
1. Model pembelajaran jigsaw IV tergolong model pembelajaran yang agak rumit sehingga membutuhkan pemahaman terlebih dahulu sebelum menggunakan model pembelajaran ini.
2. Membutuhkan waktu yang agak lama karena setiap siwa mempunyai dua kelompok, yakni kelompok asal dan kelompok ahli.