Pembelajaran kooperatif memiliki beberapa tipe, salah satunya yaitu Numbered Heads Together (NHT) atau disebut kepala bernomor dikembangkan oleh Spencer Kagan pada tahun 1993 (Yatim dalam Lie,2008:58). Dalam implementasinya guru memberi tugas, siswa berdiskusi untuk menyelesaikan tugasnya, kemudian guru menunjuk salah satu nomor siswa bernomor yang berhak menjawab, tujuannya untuk mencegah dominasi siswa tertentu. Model pembelajaran kooperatif tipe NHT ini memiliki keunggulan yaitu adanya system penomoran. Dengan sistem penomoran ini memungkinkan setiap anggota dari kelompok berusaha untuk memahami jawaban atas pertanyaan yang diberikan sehingga setiap siswa dapat aktif dalam pembelajaran. Setiap anggota kelompok mempunyai tanggung jawab dan kesempatan yang sama dalam mempresentasikan jawaban yang dihasilkan kelompoknya.
Model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT) memiliki unsur-unsur model belajar mengajar sebagai berikut:
a. Sintakmatik
Model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT) menurut (Ibrahim dalam Lie, 2008:59) memiliki empat langkah yaitu (a) Penomoran, (b) Pengajuan pertanyaan, (c) Berpikir bersama, (d) Pemberian jawaban. Langkah-langkah tersebut kemudian dapat dikembangkan menjadi enam langkah sesuai dengan kebutuhan. Keenam langkah tersebut sebagai berikut:
Langkah 1. Persiapan
Dalam tahap ini guru mempersiapkan rancangan pelajaran dengan membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan Lembar Kerja Siswa (LKS) yang sesuai dengan model pembelajaran kooperatif tipe NHT.
Langkah 2. Penomoran (Numbering)
Dalam pembentukan kelompok disesuaikan dengan model pembelajaran kooperatif tipe NHT. Guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok yang beranggotakan 4 sampai 5 orang siswa. Guru member nomor kepada setiap siswa dalam kelompok dan nama kelompok yang berbeda. Kelompok yang dibentuk merupakan percampuran yang ditinjau dari latar belakang sosial, jenis kelamin dan kemampuan belajar. Sebelum kegiatan belajar mengajar dimulai, guru memperkenalkan keterampilan kooperatif dan menjelaskan tiga aturan dasar dalam pembelajaran kooperatif yaitu:
1. Tetap berada dalam kelas
2. Mengajukan pertanyaan kepada kelompok sebelum mengajukan pertanyaan kepada guru
3. Memberikan umpan balik terhadap ide-ide serta menghindari saling mengkritik sesame siswa dalam kelompok
Langkah 3. Pertanyaan (Questioning) dan berpikir bersama (Heads Together)
Dalam kerja kelompok, guru memberikan pertanyaan/membagikan LKS kepada setiap siswa sebagai bahan yang akan dipelajari. Dalam kerja kelompok, setiap berpikir bersama untuk menyelesaikan dan meyakinkan bahwa setiap orang mengetahui jawaban dari pertanyaan yang telah ada dalam LKS atau pertanyaan yang telah diberikan oleh guru. Pertanyaan dapat bervariasi, dari spesifik sampai yang bersifat umum.
Langkah 4. Pemberian jawaban (Answering)
Dalam tahap ini, guru menyebut satu nomor dan para siswa dari tiap kelompok dengan nomor yang sama mengangkat tangan dan menyiapkan jawaban kepada siswa di kelas. Penentuan nomor ini dilakukan dengan cara pengundian, demikian pula untuk penentuan kelompok yang akan menjawab.
Langkah 5. Memberi kesimpulan
Guru memberikan kesimpulan atau jawaban akhir dari semua pertanyaan yang berhubungan dengan materi yang disajikan.
Langkah 6. Memberikan penghargaan
Pada tahap ini, guru memberikan penghargaan berupa kata-kata pujian maupun simbol-simbol pada siswa dan member nilai yang lebih tinggi kepada kelompok yang hasil belajarnya lebih baik. Penghargaan ini dilakukan untuk memacu motivasi belajar siswa, karena motivasi memiliki peranan penting untuk menentukan kesuksesan suatu pembelajaran.
b. Sistem Sosial
Sistem sosial yang berlaku pada model pembelajaran kooperatif tipe NHT adalah sebagai berikut:
• Siswa diberi pengarahan untuk melakukan percobaan bersama kelompoknya.
• Siswa bebas untuk mengemukakan pendapatnya, mengajukan pertanyaan, dan menjawab pertanyaan.
c. Prinsip Reaksi
Prinsip reaksi model pembelajaran kooperatif tipe NHT adalah sebagai berikut:
• Guru menjelaskan tentang tata cara pembelajaran yang akan dilaksanakan.
• Guru membagi siswa dalam bentuk kelompok. Setiap kelompok terdiri dari 4-5 siswa dan setiap siswa dalam setiap kelompok mendapat nomor yang berbeda, serta memberikan pengarahan tentang cara diskusi kelompok.
• Guru menginstruksikan siswa untuk melakukan percobaan bersama kelompoknya masing-masing.
• Guru menunjuk salah satu nomor siswa utnuk menjawab pertanyaan di kelas.
• Guru melakukan pemantapan materi.
d. Sistem Pendukung
Sistem pendukung model pembelajaran kooperatif tipe NHT adalah sebagai berikut:
• Ruang kelas
• Sumber belajar (buku)
• Media papan flanel
• LKS/pertanyaan
e. Dampak Instruksional
Dampak Instruksional setelah mengikuti pembelajaran yaitu sebagai berikut:
• Peningkatan aktivitas siswa.
• Peningkatan hasil belajar siswa.
f. Dampak Pengiring
Dampak Pengiring setelah mengikuti pembelajaran yaitu sebagai berikut:
• Meningkatkan kerja sama guru dengan siswa dan antara siswa dengan siswa lainnya, sehingga dapat meningkatkan hubungan dan kepercayaan dalam proses belajar mengajar.
• Menumbuhkan sikap tanggung jawab, kerja sama kelompok dan persaingan sehat antar kelompok.
• Siswa belajar menerima pendapat orang lain.
• Siswa berani mengungkapkan pendapat dimuka umum.
• Mengembangkan pengendalian emosi bila kalah atau menang dalam permainan.
Langkah-langkah pada pembelajaran yang terdapat pada model Numbered Heads Together memperlihatkan bahwa inti dari metode ini adalah pengembangan kemampuan siswa untuk aktif bekerja sama dalam kelompoknya. Dengan adanya penomoran yang berbeda pada masing-masing siswa dalam suatu kelompok akan mengacu siswa untuk tidak sepenuhnya menggantungkan diri pada siswa lain yang lebih pintar. Dengan memiliki nomor yang berbeda siswa akan mengembangkan kemampuannya untuk memahami materi yang diajarkan sehingga pada saat guru menyebut nomor yang dimilikinya untuk menjawab pertanyaan siswa dapat melakukannya dengan baik.
Model kooperatif tipe NHT ini memiliki kelebihan dan kekurangan yaitu sebagai berikut:
a) Kelebihan Model Kooperatif tipe NHT- Setiap peserta didik menjadi siap belajar semua.
- Peserta didik dapat melakukan diskusi dengan sungguh-sungguh.
- Peserta didik yang pandai dapat mengajari yang kurang pandai.
b) Kekurangan Model Kooperatif tipe NHT- Kemungkinan nomor yang sudah dipanggil dapat dipanggil lagi oleh guru.
- Tidak semua anggota kelompok yang memiliki nomor yang sama terpanggil oleh guru untuk presentase mewakili kelompoknya.
REFERENSI
Ibrahim, M, dkk. 2000. Pembelajaran Kooperatif. Surabaya : University Press.
Lie. 2002. Mempraktekkan Cooperative Learning di Ruang-Ruang kelas. Jakarta: Gramedia.