Model Siklus Belajar
Eureka Pendidikan. Siklus
belajar sesuai dengan teori piaget, yaitu teori belajar yang berbasis kontruktivisme. Piaget menyatakan bahwa belajar merupakan pengembangan aspek kognitif yang meliputi struktur, isi dan fungsi. Struktur intelektual adalah organisasi-organisasi mental tingkat tinggi yang dimiliki individu untuk memecahkan masalah-masalah. Isi adalah perilaku khas individu dalam merespon masalah yang dihadapi. Sedangkan fungsi merupakan proses perkembangan intelektual yang mencakup adaptasi dan organisasi.
Adaptasi terdiri atas asimilasi dan akomodasi. Pada proses asimilasi individu menggunakan struktur kognitif yang sudah ada untuk memberikan respon terhadap rangsangan yang diterimanya. Dalam proses ini struktur mental individu dapat berubah, sehingga terjadi akomodasi. Pada kondisi ini individu melakukan modifikasi dari struktur yang ada, sehingga terjadi perkembangan struktur mental. Pemerolehan konsep baru akan berdampak pada konsep yang telah dimiliki individu. Individu harus dapat menghubungkan konsep yang baru dipelajari dengan konsep-konsep lain dalam suatu hubungan antar konsep. Konsep yang baru harus diorganisasikan dengan konsep-konsep yang telah dimiliki. Organisasi yang baik dari intelektual seseorang akan tercermin dari respon yang diberikan dalam menghadapi masalah.
Karlpus dan Their (dalam fajaroh, 2007) kemudian mengembangkan
strategi pembelajaran yang sesuai dengan teori piaget. Dalam hal ini siswa diberi kesempatan untuk mengasimilasi informasi dengan cara mengeksplorasi lingkungan, mengakomodasi informasi dengan cara mengembangkan konsep, mengorganisasikan informasi dan menghubungkan konsep-konsep baru dengan memperluas konsep yang dimiliki untuk menjelaskan suatu fenomena yang berbeda.
Implementasi teori piaget oleh karplus dikembangkan menjadi tiga fase yakni eksplorasi, pengenalan konsep dan aplikasi konsep. Unsur-unsur teori belajar piaget (asimilasi, akomodasi, dan organisasi) mempunyai korespondensi dengan fase-fase dalam model siklus belajar.
Siklus belajar tiga fase kemudian dikembangkan dan disempurnakan menjadi lima fase. Siklus belajar lima fase, ditambahkan tahap engagement sebelum exploration dan ditambahkan pula tahap
evaluation pada bagian akhir. Pada model ini, tahap concept introduction dan concept application masing-masing diistilahkan menjadi explanation dan elaboration. Oleh karena itu, siklus belajar (Learning Cycle) lima fase sering dijuluki LC 5E yaitu engagement (pendahuluan), exploration (eksplorasi), explanation (penjelasan), elaboration (penerapan konsep) dan evaluation (evaluasi), (fajaroh, 2007).
Berikut ini penjelasan lima fase dalam siklus belajar menurut Dasna I(2005) :
a.Fase pendahuluan (engagement).
Fase ini bertujuan untuk mendapatkan perhatian siswa, mendorong kemampuan berpikir, membantu mereka mengakses pengetahuan yang dimilikinya. Timbulnya rasa ingin tahu siswa tentang tema atau topik yang akan dipelajari dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan kepada siswa tentang fakta/fenomena yang berhubungan dengan materi yang akan dipelajari, dan jawaban siswa digunakan untuk mengetahui hal-hal apa saja yang telah diketahui oleh mereka. Siswa diajak membuat prediksi-prediksi tentang fenomena yang akan dipelajari dan dibuktikan dalam tahap eksplorasi. Fase ini dapat pula digunakan untuk mengidentifikasi miskonsepsi siswa.
b.Fase eksplorasi (exploration)
Pada fase eksplorasi, siswa harus diberi kesempatan untuk bekerja, baik secara mandiri maupun kelompok. Pada fase ini, siswa menguji hipotesis atau prediksi mereka, melakukan dan mencatat pengamatan serta ide-ide melalui kegiatan-kegiatan seperti praktikum dan telaah literatur, mendiskusikan dengan teman sekelompoknya dan menetapkan keputusan. Guru sebagai fasilitator membantu siswa agar bekerja pada ruang lingkup permasalahan (hipotesis yang dibuat sebelumnya).
c.Fase penjelasan (explanation)
pada fase ini, siswa diarahkan untuk menjelaskan konsep dengan kalimat mereka sendiri, meminta bukti dan klarifikasi dari jawaban mereka.
d.Fase penerapan konsep (elaboration)
Kegiatan belajar pada fase ini bertujuan untuk mengarahkan siswa menerapkan konsep-konsep yang telah dipahami dan keterampilan yang dimiliki pada situasi baru serta meningkatkan pemahaman siswa tentang apa yang telah mereka ketahui, sehingga siswa dapat melakukan akomodasi melalui hubungan antar konsep dan pemahaman siswa menjadi lebih mantap.
Pada fase ini guru bertugas untuk mengobservasi pengetahuan dan kecakapan siswa dalam mengaplikasikan konsep dan perubahan berpikir siswa. Ada dua hal yang ingin diketahui pada kegiatan belajar ini yaitu pengalaman belajar yang telah diperoleh siswa dan refleksi untuk melakukan siklus lebih lanjut yaitu untuk pembelajaran pada konsep berikutnya.
Dilihat dari dimensi guru, model pembelajaran siklus belajar ini memperluas wawasan dan meningkatkan kreativitas guru dalam merancang kegiatan pembelajaran. Sedangkan ditinjau dari dimensi siswa menurut soebagio (2001), model siklus belajar memberikan keuntungan sebagai berikut :
1) Meningkatkan motivasi belajar karena siswa dilibatkan secara aktif dalam proses pembelajaran.
2) Membantu mengembangkan sikap ilmiah siswa.
3) Pembelajaran menjadi lebih bermakna.
Adapun kekurangan model siklus belajar dalam pembelajaran antara lain :
- Tujuan pembelajaran tidak tercapai jika guru kurang menguasai materi dan langkah-langkah pembelajaran yang mengacu pada siklus belajar.
- Menuntut kesungguhan dan kreativitas guru dalam menerapkan kegiatan pembelajaran.
- Memerlukan pengelolaan kelas yang lebih terencana dan terorganisir.
- Memerlukan waktu dan tenaga lebih banyak dalam menyusun rencana pembelajaran.
Tipe-tipe Siklus Belajar
Tiga tipe siklus belajar menunjukkan tiga hal sebagai suatu kesatuan yang berhubungan dari deskripsi sampai eksperimen dalam sains. Tiga tipe siklus belajar menempatkan perbedaan tuntutan pada inisiatif, pengetahuan, dan keterampilan berpikir siswa. Dalam istilah berpikir siswa, siklus belajar deskriptif sering hanya memerlukan pola emperikal induktif, misalnya klasifikasi dan konservasi. Sedangkan siklus belajar hipotetikal deduktif memerlukan menggunakan pola yang lebih tinggi, misalnya kontrol variabel, korelasi pikiran, dan berpikir hipotetikal deduktif. Siklus belajar emperikal abduktif berada ditengah-tengah keduanya dan memerlukan pola pikir emperikal induktif yang umumnya melibatkan beberapa urutan pola yang lebih tinggi.
Pada siklus belajar deskriptif, siswa mendeskripsikan pola empirik yang mereka temukan dalam observasi tanpa berusaha menjelaskannya. Siklus belajar deskriptif menjawab pertanyaan apa, sehingga hampir seluruh siswa tidak memiliki keinginan yang kuat untuk mencari sesuatu diluar yang kita minta.
Siklus belajar hipotetikal-deduktif melibatkan pertanyaan-pertanyaan sebab musabab yang dikemukakan para siswa untuk menimbulkan aneka ragam penjelasan. Kesempatan siswa kemudian dicurahkan untuk mengurangi konsekuensi logis pertanyaan-pertanyaan tersebut dan secara jelas mendesain dan mengadakan percobaan-percobaan untuk menguji hipotesis (eksplorasi). Hasil analisis percobaan memungkinkan beberapa hipotesis ditolak, dan diterima. Siklus belajar ini memerlukan karya yang tegas dan pengujian hipotesis melalui perbandingan pengambilan kesimpulan yang logis dengan hasil empirik.
Siklus belajar emperikal abduktif, siswa mendeskripsikan pola empirik yang mereka temukan dalam observasi dan berusaha menjelaskannya. Bahkan melangkah lebih jauh dengan menciptakan sebab-sebab yang mungkin ada dari pola tersebut. Adapun langkah-langkah dalam menyiapkan dan menerapkan siklus belajar emperikal abduktif adalah :
- Guru mengidentifikasi konsep-konsep yang akan diajarkan.
- Guru mengidentifikasi gejala-gejala yang melibatkan pola yang mendasari konsep yang akan diajarkan.
- Fase eksplorasi, guru atau siswa mengemukakan suatu pertanyaan deskriptif.
- Siswa mengumpulkan data untuk menjawab pertanyaan deskriktif.
- Data untuk menjawab pertanyaan deskriptif ditampilkan di papan tulis.
- Pertanyaan deskriptif dijawab dan pertanyaan sebab musabab dimunculkan.
- Hipotesis lain dikemukakan untuk menjawab pertanyaan sebab akibat dan data yang telah dikumpulkan diuji untuk memberikan tes awal dari berbagai kemungkinan.
- Fase pengenalan istilah (explanation), istilah-istilah yang berhubungan dengan gejala yang digali dan paling mirip dengan hipotesis yang telah dijelaskan dikenalkan.
- Fase penerapan konsep (elaboration), gejala tambahan didiskusikan atau digali dengan melibatkan konsep-konsep yang sama, (Zuhdan K Prasetio, 2004,5.13).