Bantahan Terhadap Paham Materialisme
Oleh: Nurhadi, 2005. Telah Dimuat Pada Jurnal UNY.
Eureka Pendidikan. Paham materialisme yang diwakili oleh Darwinisme dengan teori evolusinya, telah bersembunyi di balik kedok sains untuk menolak fakta penciptaan alam. Teori yang mengatakan bahwa kehidupan berasal dari materi tak hidup melalui serangkaian peristiwa kebetulan ini sebenarnya telah terbantah dengan berbagai fakta yang mengindikasikan bahwa alam ini diciptakan oleh Tuhan.
Seorang astrofisikawan Amerika, Hugh Ross yang dikutip oleh Harun Yahya sebagai pengkonter teori evolusi itu menyatakan bahwa ateisme, Darwinisme, dan semua "isme-isme" yang lahir dari filsafat-filsafat abad ke-18 hingga abad ke-20 dibangun di atas sebuah asumsi yang salah. Asumsi itu menyatakan bahwa jagat raya adalah kekal dan tak hingga. Keganjilan ini telah menempatkan kita berhadap-hadapan dengan sebab (atau penyebab) di luar, di balik, atau di hadapan alam semesta dan segala isinya, termasuk kehidupan itu sendiri. Sebetulnya doktrin evolusi telah ada sejak jaman Yunani kuno.
Akan tetapi, teori evolusi dikemukakan secara lebih mendalam pada abad ke-19. Yang menjadikan teori tersebut sebagai bahasan terpenting dalam dunia ilmiah adalah kemunculan buku The Origin of Species karya Charles Darwin pada tahun 1859. Dalam buku ini, Darwin mengingkari penciptaan spesies yang berbeda-beda jenis secara terpisah oleh Tuhan seraya mengatakan bahwa semua makhluk hidup berasal dari satu nenek moyang yang sama, sebuah sel yang kemudian berkembang menjadi spesies-spesies yang berbeda dalam kurun waktu yang lama melalui perubahan
bentuk sedikit demi sedikit, evolusi. Kalau memang demikian yang terjadi, maka seharusnya pernah terdapat sangat banyak spesies peralihan selama periode perubahan yang panjang ini. Hal semacam inilah yang dipertanyakan Harun Yahya, nama pena bagi Adnan Oktar asal Turki ini. Sebagai contoh,
seharusnya terdapat beberapa jenis makhluk setengah ikan-setengah reptil di masa lampau, dengan beberapa ciri reptil sebagai tambahan pada ciri ikan yang telah mereka miliki. Atau seharusnya terdapat beberapa jenis burung-reptil dengan beberapa ciri burung di samping ciri reptil yang telah mereka miliki. Evolusionis menyebut makhluk-makhluk khayalan yang mereka yakini hidup di masa lalu ini sebagai bentuk "transisi".
Jika binatang-binatang seperti ini memang pernah ada, maka seharusnya mereka muncul dalam jumlah dan variasi sampai jutaan atau miliaran. Lebih penting lagi, sisa-sisa makhlukmakhluk aneh ini seharusnya ada pada catatan fosil. Jumlah bentuk-bentuk peralihan ini pun semestinya jauh lebih besar daripada spesies binatang masa kini dan sisa-sisa mereka seharusnya diketemukan di seluruh penjuru dunia.
Akan tetapi, hal tersebut tidak dapat ditemukan dan bukti-bukti ilmiah malah menunjukkan hal sebaliknya yang makin meruntuhkan teori ini. Dalam The Origin of Species sendiri, Darwin malah menjelaskan, "Jika teori saya benar, pasti pernah terdapat jenis-jenis bentuk peralihan yang tak terhitung jumlahnya, yang mengaitkan semua spesies dari kelompok yang sama. Sudah tentu bukti keberadaan mereka di masa lampau hanya dapat ditemukan pada peninggalan-peninggalan fosil." Teori Darwin dalam kesimpulan Harun Yahya, sama sekali tidak didasarkan pada penemuan ilmiah yang nyata sebagaimana yang diakuinya, jadi ini hanya sekedar "dugaan".
2
Berbicara tentang teori evolusi, mungkin orang akan berpikir tentang lingkup kajian ini hanya pada bidang biologi saja. Pembahasannya pun mungkin hanya sekedar pada perdebatan tentang asal-usul manusia, yang disebutnya sebagai homo sapiens itu, yang berasal dari kera. Dalam analisis Harun Yahya, pria kelahiran Ankara 1956 ini, ditemukan benang merah hubungan teori ini dengan peristiwa-peristiwa penting dunia yang barangkali hingga saat ini tidak disadari, yang rupa-rupanya berawal dari teori evolusi yang berbasiskan pada paham materialisme.
Menurut Harun Yahya dalam situsnya, www.harunyahya.com, teori Darwinisme inilah yang dianut oleh Hitler, Musolini, dan sejumlah pemimpin negara-negara fasisme lainnya yang menyebabkan terbunuhnya paling tidak 55 juta manusia dalam PD II. Hitler dengan nazi-nya jelas-jelas menganut dan menerapkan paham Darwinisme yang menyatakan bahwa spesies yang unggullah yang akan survive, sementara spesies yang lemah akan punah. Dengan menempatkan bangsa Jerman sebagai ras Arya yang unggul, dia melakukan pembantaian terhadap jutaan kaum Yahudi dan kaum lainnya.
Selain tokoh-tokoh fasisme di atas, paham komunisme yang dipelopori oleh Karl Marx, juga termasuk salah satu paham yang terpengaruh oleh teori evolusi. Marx jelas-jelas menyebut Darwin sebagai dasar pijakan teorinya. Dan seperti yang telah diketahui oleh umum, paham komunisme di Uni Soviet maupun di negara lain seperti Cina, dipenuhi dengan tindak kekerasan. Berapa juta sajakah rakyat Uni Soviet yang meninggal dunia di bawah pemerintahan Lenin dan Stalin? Berapa banyak penduduk Cina di bawah komunisme Mao, terutama pada masa revolusi kebudayaan?
Dalam bukunya Global Freemasonry, Harun Yahya mengungkapkan siapa saja yang berada di balik pemunculan dan penyebaran paham teori evolusi. Pada tahun 1832 sebuah kapal HMS Beagle berangkat dari Inggris untuk mengadakan misi diskoveri selama lima tahun. Di dalamnya terdapat seorang pemuda berusia 22 tahun yang bernama Charles Robert Darwin. Dia sebenarnya bukan mahasiswa biologi tetapi seorang mahasiswa teologi pada Universitas Cambridge. Dari seorang pemuda inilah kemudian terbit buku The Origin of Species yang berpengaruh pada tahun-tahun sesudahnya hingga kini. Akan tetapi, benarkah teori ini ditemukan oleh Charles Robert Darwin?
-3-
Menurut Harun Yahya, selain Charles Darwin, teori evolusi sebelumnya telah dikemukan oleh Lamarck. Sementara teori yang dibukukan oleh Charles Darwin sebetulnya telah dipersiapkan oleh kakeknya yang bernama Erasmus Darwin yang setelah ditelusuri biografinya ternyata seorang tokoh kelompok Freemasonry. Dalam temuan Harun Yahya, seandainya teori evolusi Darwin tidak muncul, mereka telah menyiapkan tokoh lainnya seperti Alfred Russell Wallace guna mendukung paham materialisme yang mereka anut. Lalu siapakah kelompok Freemasonry itu dan apa kepentingannya dengan teori evolusi tersebut? Freemasonry bukanlah agama meskipun mereka punya ritual khusus dan mempunyai tempat berkumpul layaknya gereja, sinagog atau masjid yang bernama lodge. Tokoh-tokoh masonik inilah yang dicurigai oleh beberapa analis sejarah yang berada di balik konspirasi besar dunia baik dalam Revolusi Prancis, PD I dan II, peristiwa terbunuhnya John F. Kennedy, juga dalam gerakan Zionisme. Tokoh-tokoh Freemasonry jugalah yang menjadi pelopor abad pencerahan
di Eropa dan memberi nama abad pertengahan di Eropa dengan predikat abad kegelapan. Tokoh-tokoh semacam Voltaire, Diderot, Montesqieu, Mozart, Benjamin Franklin, dan lain-lain termasuk tokoh Freemasonry; sebuah kelompok yang terkenal kerahasiaannya dan di sejumlah negara gerakan mereka termasuk gerakan bawah tanah. Thomas Huxley merupakan salah satu anggota masonik yang mempertahankan dan pendukung utama teori Darwin di dalam Royal Society, Inggris pada awal perkembangan teori ini.
Freemasonry sebetulnya berdiri pada abad ke-18 di Eropa. Akan tetapi, bila ditelesuri, mereka punya kaitan dengan kelompok Knight Templar pada masa perang salib yang menjadi penerus kelompok Kabalah pada masa Yahudi awal. Dan ujung-ujungnya, kelompok ini bermula pada masa Fir’aun di Mesir pada abad ke-30 SM yang melandaskan ajarannya pada paganisme. Inilah awal dari paham materialisme yang menjadi dasar pemikiran Darwinisme, dan juga paham-paham lainnya seperti naturalisme, fasisme, totalitarianisme, rasialisme, komunisme, humanisme sekular, ateisme, dan sejenisnya. Paham-paham itu menolak fakta penciptaan alam. Teori-teori itu menyatakan bahwa kehidupan berasal dari materi tak hidup melalui serangkaian peristiwa kebetulan. Mereka pemuja berhala, yang oleh Harun Yahya disebutnya dengan idolatry, sebuah pemujaan yang memiliki berbagai varian pada zaman modern ini.
Banyak presiden Amerika Serikat yang tergabung dalam kelompok ini. Bahkan ada seorang presiden yang menganggap posisinya lebih penting sebagai grand master dalam kelompok Freemason dari suatu negara bagian AS daripada jabatannya sebagai presiden Negeri Paman Sam ini. Siapakah Paman Sam? Hampir semua orang Amerika tidak dapat menjelaskan dengan pasti tokoh ini. Nama Uncle Sam sama misteriusnya dengan simbol-simbol freemason yang terpampang dalam uang 1 dolar Amerika, yang sering disebut dengan istilah greenback itu. Kelompok Freemason sendiri memiliki berbagai varian dan nama yang berbeda-beda dari perkembangannya di Eropa hingga penyebarannya ke seluruh dunia termasuk AS yang ditandai berbagai simbol-simbol mereka termasuk patung liberty dan gedung menara kembar World Trade Center yang telah runtuh tersebut.
Selain Harun Yahya, ada beberapa tokoh yang mencoba menyibak kerahasiaan kelompok ini. Dalam situs www.crystalinks.com juga dipaparkan kelompok rahasia ini dari awal kemunculannya. Umberto Eco, tokoh semiotik asal Italia yang bukunya The Name of the Rose telah diindonesiakan, juga membicarakan kelompok Freemason dalam novel berikutnya yang berjudul Foucault’s Pendulum. Dan Brown juga menangguk kesuksesan melalui novelnya yang berjudul The Da Vinci’s Code, sebuah novel detektif yang mengusung keterlibatan Da Vinci dan tokoh-tokoh lain dalam kelompok ini. Film-film yang berlatar pembunuhan para pelacur di London yang terkenal dengan Jack the Ripper, seperti film From Hell, juga mengungkap kelompok Freemason di lingkungan istana raja Inggris. David Yallop lewat investigasinya mengenai terbunuhnya Albino Luciani yang menjadi Paus di Vatikan selama 33 hari pada 29 September 1978 dalam buku In God’s Name menengarai kelompok P-2 (Freemason) berada di balik pembunuhan itu.
-4-
Kembali ke topik Darwinisme-materialisme. Lewat berbagai propaganda di berbagai media dan bentuk-bentuk karya seperti buku, seni, sastra, film, dan lainnya, paham evolusi dan sejenisnya ini menyebar dan menancapkan pengaruhnya dalam kehidupan dunia sekarang ini. Tidak kurang mulai dari majalah National Geografic hingga televisi menyebarkan paham ini sehingga menjadi hegemonik. Dalam sebuah acara tv, Candid Camera, yang ditayangkan oleh salah satu stasiun TV di Indonesia (19/11/03), terdapat sebuah pertanyaan yang menimbulkan kelucuan ketika beberapa orang ditanya dengan pertanyaan, “Apa yang akan lakukan seandainya teman Anda diketahui ternyata homo sapiens?” Dari jawaban mereka yang terekam lewat kamera tersembunyi, ada yang mengesankan kalau mereka menafsirkan kata itu dengan kata homo seksual meskipun beberapa dari mereka ada yang menjawab dengan pasti kalau homo sapiens itu tidak lain adalah manusia. Begitulah sebuah konstruksi dengan paham Darwinisme dibangun dari berbagai media. Seperti yang selama ini diyakini oleh para evolusionis, bahwa homo sapiens merupakan evolusi dari australopithecus, lalu homo habilis, kemudian homo erectus, dan akhirnya homo sapiens.
Sayangnya, menurut temuan ilmiah modern pada paruh akhir abad ke-20 seperti yang gencar disampaikan Harun Yahya, temuan dan bukti ilmiah tersebut makin melemahkan kebenaran Teori evolusi. Laki-laki yang pernah belajar di Univeristas Mimar Sinar dalam bidang seni dan di Universitas Istambul dalam bidang filsafat yang mulai kiprah intelektualnya pada 1980 ini malah menyebut teori evolusi Darwin sebagai suatu kebohongan yang berkedok sains. Sejumlah fosil yang diharapkan mampu menjawab adanya missing link ternyata hasil rekayasa belaka. Salah satunya tentang kerangka manusia piltdown, yang ternyata hanya sebuah fosil palsu.
Pada tahun 1912, seorang dokter terkenal yang juga ahli paleoantropologi amatir, Charles Dawson, mengklaim telah menemukan tulang rahang dan fragment tengkorak di dalam sebuah lubang di Piltdown, Inggris. Kendatipun gigi dan tengkoraknya terlihat berasal dari manusia, akan tetapi tulang rahang tersebut lebih menyerupai kera. Spesimen ini lalu dinamakan "Manusia Piltdown". Fosil yang diduga berusia 500 ribu tahun ini dipajang di beberapa museum sebagai bukti kuat terjadinya evolusi manusia. Selama lebih dari 40 tahun, telah banyak artikel ilmiah tentang "Manusia Piltdown" ditulis, sejumlah penafsiran dan gambar dibuat, dan fosil tersebut dikemukakan sebagai bukti penting yang menunjukkan terjadinya evolusi manusia. Tidak kurang dari 500 disertasi doktor mengenai subyek ini telah dihasilkan. Seorang ahli paleoantropologi asal Amerika, Henry Fairfield Osborn, ketika berkunjung ke British Museum di tahun 1935 berkomentar:
"…kita harus selalu diingatkan bahwa alam dipenuhi keanehan, dan ini adalah sebuah temuan yang mengejutkan tentang manusia prasejarah…"
Pada tahun 1949, Kenneth Oakley dari departemen paleontologi British Museum mencoba melakukan "pengujian fluorin", metode baru yang digunakan untuk menentukan umur fosil-fosil kuno. Setelah pengujian fluorin dilakukan pada fosil manusia Piltdown, hasilnya sungguh mengejutkan. Ternyata tulang rahang Manusia Piltdown tidak mengandung fluorin. Ini berarti tulang rahang tersebut terkubur kurang dari beberapa tahun yang lalu. Sedangkan tengkoraknya yang hanya mengandung fluorin dalam kadar rendah menunjukkan bahwa umurnya hanya beberapa ribu tahun.
Bantahan-bantahan yang dikemukakan Harun Yahya lewat sejumlah buku yang dapat diakeses lewat internet terhadap paham materialisme ini tidak hanya dari serangkaian kebohongan tentang fosil-fosil, tetapi juga melalui temuan-temuan dalam bidang astronomi, biomolekuler, maupun termodinamika yang menunjukkan bahwa alam semesta memiliki struktur yang rumit, kompleks dan sempurna. Temuan-temuan ini makin membingungkan para filsuf materialis yang berlandaskan bahwa segala sesuatu hanya sebagai materi belaka. Mereka hanya mengakui bahwa benda-benda, makhluk hidup, bintang-bintang, molekul terdiri atas materi dan energi. Akan tetapi, Harun Yahya menambahkan satu elemen lagi yang selama tidak diakui oleh para materialis, yakni adanya elemen informasi. Elemen informasi inilah yang dalam bahasa manusia sering dinamakan DNA atau semacam blue print dari Tuhan. Informasi inilah yang menuntun sebuah biji kurma menumbuhkan batang, akar, daun dan kemudian menghasilkan buah kurma karena dalam sebuah biji kurma selain terdapat materi dan energi juga terdapat serangkaian informasi yang telah “tertulis” di dalamnya. Jadi, biji semangka akan menghasilkan buah semangka, dan tentu saja tidak mungkin akan berdaun sirih seperti dalam lagu almarhum Broery Pesolima itu.
-5-
Melalui sebuah penjelasannya tentang pembentukan protein, Harun Yahya dalam bukunya Keruntuhan Teori Evolusi yang telah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia, menyatakan bahwa probabilitas pembentukan sebuah molekul protein yang terdiri dari 500 asam amino adalah “1” banding angka 1 yang diikuti oleh 950 buah angka nol. Sekedar catatan, satu trilyun yang terdiri atas 12 nol saja sudah cukup memusingkan dalam hitung-hitungan kita, apalagi sebuah angka dengan angka nol sebanyak 950. Sebuah angka yang tidak dapat dipahami pemikiran manusia. Ini hanya perhitungan teoretis di atas kertas. Dalam kenyataan, probabilitas seperti itu berpeluang “0” untuk terjadi. Dalam matematika, probabilitas yang lebih kecil dari 1 banding 10 pangkat 50, secara statistik dianggap memiliki peluang “0” untuk terjadi. Probabilitas "1 banding 10 pangkat 950" jauh melampaui batas definisi ini.
Meskipun sudah sedemikian jauh kemustahilan pembentukan secara kebetulan pada sebuah protein yang tersusun dari 500 asam amino, kita masih dapat terus memaksa batas akal kita dengan kemustahilan yang lebih tinggi lagi. Molekul “hemoglobin”, sebuah protein yang sangat vital, terdiri dari 574 asam amino, lebih besar dibandingkan protein yang kita bahas di atas. Coba kita pikirkan bahwa dalam satu sel darah merah dari miliaran yang ada dalam tubuh kita, terdapat “280.000.000” (280 juta) molekul hemoglobin! Perkiraan usia bumi tidak memberi cukup waktu bagi pembentukan secara “coba-coba” untuk satu protein saja, apalagi satu sel darah merah. Bahkan jika kita menganggap asam-asam amino telah bergabung dan terurai secara “coba-coba” untuk membangun sebuah protein tanpa sedikit pun waktu terbuang sejak bumi terbentuk, maka waktu yang dibutuhkan untuk mengejar probabilitas 1 banding 10 pangkat 950 adalah lebih panjang daripada usia bumi.
Kesimpulan dari semua ini adalah: evolusi telah jatuh ke dalam jurang kemustahilan sejak tahap pembentukan sebuah protein. Alam semesta bukanlah berasal dari evolusi tetapi memang telah ditakdirkan oleh Tuhan sebagai pencipta semesta. Begitulah bantahan seorang Harun Yahya yang pada tahun 2000 oleh majalah ilmiah populer New Scientist digelari sebagai “pahlawan dunia” yang telah membongkar kebohongan teori evolusi dan mengemukakan fakta adanya penciptaan.