Pendidikan Nasional dan Pembangunan
Eureka Pendidikan. Pendidikan merupakan pusat dari pembangunan segala lini dari kehidupan.
Pendidikan menduduki posisi sentral dalam pembangunan karena sasarannya adalah peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia. Oleh sebab itu, pendidikan juga merupakan alur tengah pembangunan dari seluruh sektor pembangunan.
Terdapat suatu kesan bahwa persepsi masyarakat umum tentang arti pembangunan lazimnya bersifat menjurus dan terlihat secara fisik. Pembangunan semata-mata hanya beruang lingkup pembangunan material atau pembangunan fisik berupa gedung, jembatan,pabrik, dan lain-lain. Padahal sukses tidaknya pembangunan fisik itu justru sangat ditentukan oleh keberhasilan di dalam pembangunan rohaniah/spiritual, yang secara bulat diartikan pembangunan manusia, dan yang terakhir ini menjadi tugas utama pendidikan.
Esensi Pendidikan dan Pembangunan serta Titik Temunya.
Pembangunan dalam arti terbatas pada bidang ekonomi dan industry saja belumlah menggambarkan esensi yang sebenarnya dari pembangunan, jika kegiatan-kegiatan tersebut belum dapat mengatasi masalah yang hakiki yaitu terpenuhinya hajat hidup dari rakyat banyak material dan spriritual.
Di sini terlihat, bahwa esensi pembangunan bertumpu dan berpangkal dari manusianya, bukan pada lingkungannya seperti perkembangan ekonomi sebagaimana telah dikemukakan. Pembangunan berorientasi pada pemenuhan hajat hidup manuasia sesuai dengan kodratnya sebagai manusia. Mengapa pembangunan yang demikian dikatakan bertumpu pada dan bertolak dari manusia? Sebabnya, karena hanya pembangunan yang terarah kepada pemenuhan hajat hidup manusia sesuai dengan kodratnya sebagai manusia yang dapat meningkatkan martabatnya sebagai manusia. Peningkatan martabat manusia selaku manusia yang menjadi tujuan final dari pembangunan. Tugasnya pembangunan apa pun jika berakibat mengurangi nilai manusiawi berarti keluar dari esensinya.
Seperti yang dinyatakan dalam GBHN, hakikat pembangunan nasional adalah pembangunan mahasiswa Indonesia. Pertanyaan tersebut dapat diartikan bahwa yang menjadi tujuan akhir pembangunan adalah manusianya, yaitu dapatnya dipenuhi hajat hidup, jasmaniah dan rohaniah. Sebagai makhluk individu, makhluk social, dan makhluk religious, agar dengan demikian dapat meningkatkan martabatnya selaku makhluk. Jika pembangunan bertolak dari sifat hakikat manusia, berorientasi kepada pemenuhan hajat hidup manusia sesuai sebutan dapat diartikan bahwa yang menjadi tujuan akhir pembangunan adalah manusianya, yaitu dapatnya dipenuhi hajat hidup, jasmaniah, dan rohaniah, sebagai makhluk individu, makhluk social, dan makhluk religious, agar dengan demikian dapat meningkatkan martabatnya selaku makhluk.
Sebagai objek pembangunan manusia dipandang sebagai sasaran yang dibangun. Dalam hal ini pembangunan meliputi ikhtiar ke dalam diri manusia, berupa pembinaan pertumbuhan jasmani, dan perkembangan rohani yang meliputi kemampuan penalaran, sikap diri, sikap social, dan sikap terhadap lingkungannya, tekad hidup yang positif serta keterampilan kerja. Ikhtiar ini disebut pendidikan.
Manusia sebagai sasaran pembangunan (baca:pendidikan),wujudnya diubah dari keadaan ytang masih bersifat “potensial “ ke keadaan “actual”: bayi yang memiliki “benih kemungkinan untuk menjadi “dibina sehingga berubah menjadi “kenyataan”.
Oleh adanya perlindungan dan perlindungan dan bimbingan orang tua dan pihak lain yang telah dewasa, bayi beranjak “status quo”nya dalam rentangan antara “naluri” dan “nurani”. Jika seandainya manusia dapat hidup hanya dengan bekal naluri maka tidak ada bedanya manusia itu dengan hewan. Justru adanya “nurani” menjadi kriterium pembeda yang principal antara manusia dengan hewan.
Manusia dipandang sebagai “subjek” pembangunan karena ia dengan segenap kemampuannya menggarap lingkungannya secara dinamis dan kreatif, baik terhadap sarana lingkungan alam maupun lingkungan social/spiritual. Perekayasa terhadap lingkungan ini lazim disebut pembangunan.
Jika
pendidikan dan pembangunan dilihat sebagai suatu garis proses, maka keduanya merupakan suatu garis yang terletak kontinu yang saling mengisi. Proses pendidikan pada satu garis menempatkan manusia sebagai titik awal, karena pendidikan mempunyai tugas untuk menghasilkan sumber daya manusia yang berkualitas untuk pembangunan, yaitu pembangunan yang dapat memenuhi hajat hidup masyarakat luas serta mengangkat martabat manusia sebagai makhluk. Bahwa hasil pendidikan itu menunjang pembangunan , juga dapat dilihat korelasinya dengan peningkatan kondisi social ekonomi peserta didik yang mengalami pendidikan.
Kiranya jelas bahwa hasil ppendidikandapat menunjang pembangunan dan sebaliknya hasil pembangunan dapat menunjang usaha pendidikan. Jelasnya, suatu masyarakat yang makmur tentu lebih dapat membiayai penyelenggaraan pendidikannya ke arah yang lebih bermutu.
Uraian diatas menunjukkan “status” pendidikan dan pembangunan masing-masing dalam esensi pembangunan serta aantar keduanya
- Pendidikan merupakan usaha ke dalam diri manusia sedangkan ppembangunanmerupakan usaha ke luar dari diri manusia.
- Pendidikan menghasilkan sumber daya ttenagayang menunjang pembangunan dan hasil pembangunan dapat menunjang pendidikan (pembinaan, penyediaan sarana, dan seterusnya).
Sumbangan Pendidikan pada PembangunanPendidikan sebagai upaya yang bulat dan menyeluruh hasilnya tidak segera dapat dilihat. Ada jarak penantian yang cukup panjang antara dimulainya proses usaha dengan tercapainya hasil.
Namun demikian jika ditilik secara saksama tidaklah dapat dipungkiri bahwa andil yang diberikan oleh pendidikan pada pembangunan sunguh sangat besar. Jika pembangunan dipandang sebagai system makro maka pendidikan merupakan sebuah komponen atau bagian dari pembangunan.
1. Segi Sasaran Pendidikan
Pendidikan adalah usaha sadar yang ditujukan kepada peserta didik agar menjadi manusia yang berkepribadian kuat dan utuh serta bermoral tinggi. Jadi tujuan citra manusia pendidikan adalah terwujudnya citra manusia yang dapat menjadi sumbar daya pembangunan yang manusiawi.
2. Segi Lingkunan Pendidikan
a. Linkungan Keluarga
Di dalam lingkungan keluarga anak dilatih berbagai kebiasaan yang baik (habit formation) tentang hal-hal yang berhubungan dengan kecekatan, kesopanan, dan moral. Di samping itu, kepada mereka ditanamkan keyakinan-keyakinan yang penting utamanya hal-hal yang bersifat religious. Hal-hal tersebut sangat tepat dilakukan pada masa kanak-kanak sebelum perkembangan rasio mendominasi perilakunya. Kebiasaan baik dan keyakinan-keyakinan penting yang mendarah daging merupakan landasan yang sangat diperlukan untuk pembangunan.
b. Lingkungan Sekolah
Di lingkungan sekolah (pendidikan formal), peserta didik dibimbing untuk memperluas bekal yang telah diperoleh dari lingkungan kerja keluarganya berupa pengetahuan, keterampilan, dan sikap. Bekal dimaksud baik berupa bekal dasar, lanjutan, (dari SD dan sekolah lanjutan) ataupun bekal kerja yang langsung dapat digunakan secara aplikatif (SMK dan Perguruan Tinggi). Kedua macam bekal tersebut dipersiapkan secara formal dan berguna sebagai sarana ppenunjang pembangunan di berbagai bidang.
c. Lingkungan Masyarakat
Di lingkungan masyarakat (pendidikan nonformal), peserta didik memperoleh bekal praktis untuk berbagai jenis pekerjaan,khususnya mereka yang tidak sempat melanjutkan proses belajarnya melalui jalur formal. Pada masyarakat kita (selain masyarakat yang berkembang), system pendidikan nonformal mengalami perkembangan yang yang sangat pesat. Hal ini bertalian erat dengan semakin berkembangnya sector swasta yang menunjang pembangunan. Di segi lain, hal tersebut dapat diartikan bernilai positif karena dapat mmengkombinasikanketerbatasan lapangan kerja formal di lembaga-lembaga pemerintah. Di samping itu juga dapat memperbesar jumlah angkatan kerja tingkat rendah dan menengah yang sangat diperlukan untuk memelihara proporsi yang selaras antara pekerja rendah, menengah, dan tinggi. Hal demikian dapat dipandang sebagai upaya untuk menciptakan kestabilan nasional.
3. Segi Jenjang Pendidikan
Jenjang pendidikan dasar,pendidikan menengah (SM), dan pendidikan tinggi (PT) memberikan bekal kepada para peserta didik secara berkesinambungan Pendidikan dasar merupakan basic education yang memberikan bekal dasar bagi pendidikan menengah dan pendidikan tinggi. Artinya pendidikan tinggi berkualitas,jika pendidikan menengahnya berkualitas, dan pendidikan menengah berkualitas, jika pendidikan dasrnya berkualitas.
Dengan basic education pada pendidikan dasar pada pendidikan dasar juga diartikan bahwa pendidikan dasar memeberikan bekal dasar kepada warga Negara yang tidak sempat melanjutkan pendidikan untuk dapat melibatkan diri ke dalam gerak pembangunan.
Pendidikan pada tingkat menegah memberikan dua macam bekal yaitu membekali peserta didik yang ingin melanjutkan ke pendidikan tinggi (SMA) dan bekal kerja bagi peserta didik yang tidak melanjutkan sekolah (SMTA). Pendidikan Tengah (PT) memberikan bekal kerja keahlian menurut bidang tertentu.
4. Segi Pembidangan Kerja atau Sektor Kehidupan
Pembidangan kerja menurut sector kehidupan meliputi antara lain: bidang ekonomi, hukum, social politik, keuangan, perhubungan, dan komunikasi, pertanian, pertambangan, pertahanan, dan lain-lain. Pembangunan sector kehidupan tersebut dapat diartikan sebagai aktivitas, pembinaan, pengembangan, dan pengisian bidang-bidang kerja tersebut agar dapat memenuhi hajat hidup warga Negara sebagai suatu bangsa sehingga tetap jaya dalam kancah kehidupan antara bangsa-bangsa din dunia.
Pembinaan dan pengembangan bidang-bidang tersebut hanya mungkin dikerjakan jika diisi oleh orang-orang yang memiliki kemampuan seperti yang dibutuhkan. Orang-orang yang dimaksud hanya tersedia jika pendidikan berbuat untuk itu.
C. Pembangunan Sistem Pendidikan Nasional
1. Mengapa Sistem Pendidikan Harus Dibangun
Adalah logis jika system pendidikan merupakan sarana bagi manusia untuk mengantarkan dirinya menuju kepada kesempurnaan itu juga perlu disempurnakan.
Ada yang menggambarkan manusia sebagai makhluk yang selalu “meng-ada” (Drijarkara). Maksudnya manusia itu adalah makhluk yang selalu mencari yang belum ada karena sasaran yang sudah ada. Mencari dan mengadakan yang belum ada berarti berkreasi. Proses mengada itu tidak pernah berhenti sepanjang hayat masih dikandung badan. Ada pula yang menggambarkan manusia itu sebagai hewan yang sakit (das kranke tier), demikian kata Max Scheller. Dilihat dari konstitusi fisiknya manusia sama dengan hewan. Tetapi karena manusia mampu berpikir dan mengerti serta menyadari diri dan lingkungannya, maka dia tidak bisa hanya menyerah dan melekat saja kepada alam seperti hewan. Sebagai hewan yang sakit ia selalu gelisah. Kegelisahannya bersifat ganda. Pertama gelisah karena terdorong untuk menemukan jaln bagaimana dapat menguasai kegelisahannya.
Di samping itu, ppengalamanmanusia juga berkembang. Itulah sebabnya mengapa system pendidikan sebagai sarana yang menghantar manusia untuk menemukan jawaban atas teka-teki mengenai dirinya, juga selalu disempurnakan.
Selanjutnya persoalan pendidikan juga dapat dilihat sebagai persoalan nasional karena pendidikan berhubungan dengan masa depan bangsa. Jika masyarakat Indonesia (menurut rencana ppembangunan pada Pelita VI berubah dari masyarakat agraris ke masyarakat industry, tentunya pola piker dan perilaku yang dilandasi oleh situasi dan kondisi di mana manusia disibukkan dengan kegiatan industry.
Untuk dapat menyongsong suasana hidup yang diperlukan itu system pendidikan harus berubah. Jika tidak, maka pendidikan sebagai an agent of social change (agen perubahan social) tidak berfungsi sebagaimana mestinya. Strukturnya, kurikulumnya, pengelolaannya, tenaga kependidikannya mau tidak mau harus disesuaikan denga tuntutan baru tersebut.
2. Wujud Pembangunan Sistem Pendidikan
a. Hubungan Antar Aspek-Aspek
Aspek filosofis, keilmuan, dan yuridis menjadi landasan bagi butir-butir yang lain, karena memberikan arah serta mewadahi butir-butir yang lain. Artinya, struktur pendidikan, kurikulum, dan lain-lain yang lain itu harus mengacu kepada aspek filosofis, aspek keilmuan, dan aspek yuridis. Oleh karena itu, perubahan apa pun yang terjadi pada struktur pendidikan, kurikulum, dan lain-lain tersebut harus tetap berada di dalam wadah filosofis dan yuridis.
b. Aspek Filosofis Keilmuan
Aspek filosofis berupa penggarapan tujuan nasional pendidikan. Rumusan tujuan nasional yang tentunya memberikan peluang bagi pengembangan sifat hakikat manusia yang bersifat kodrati yang berarti pula berarti wajar. Bagi kita pengembangan sifat kodrati manusia itu parallel dengan jiwa pancasila. Filsafat Pancasila ini menggantikan secara total falsafah pendidikan penjajah. Penjajah memfungsikan pendidikan sebagai sarana untuk menghasilkan tenaga kerja yang terampil tetapi bersifat bergantung dan loyal kepada penjajah. Iklim pendidikan seperti itu jelas berbeda dengan system pendidikan dari bangsa yang merdeka, yang arah dan tujuannya ialah mewujudkan manusia-manusia yang cakap dan terampil, bersifat dinamis, kreatif, dan inovatif serta mandiri.