Metode Pembelajaran Kooperatif
Pengertian Pembelajaran Kooperatif
Eureka Pendidikan - Menurut Agus Suprijono (2011:54), “Pembelajaran Kooperatif adalah konsep yang lebih luas meliputi semua jenis kerja kelompok termasuk bentuk – bentuk yang lebih dipimpin oleh guru atau diarahkan oleh guru”. Beberapa keuntungannya antara lain: mengajarkan siswa menjadi percaya pada guru, kemampuan untuk berfikir, mencari informasi dari sumber lain dan belajar dari siswa lain, mendorong siswa untuk mengungkapkan idenya secara verbal dan membandingkan dengan ide temannya, dan membantu siswa belajar menghormati siswa yang pintar dan siswa yang lemah, juga menerima perbedaan ini.
Pembelajaran kooperatif atau
cooperative learning berasal dari kata cooperative yang artinya mengerjakan sesuatu secara bersama-sama dengan saling membantu satu sama lainnya sebagai satu kelompok atau satu tim. Slavin (dalam Isjoni, 2010: 15) mengemukakan,
“In cooperative learning methods, students work together in four member teams to master material initially presented by the teacher”. Dari uraian tersebut dapat dikemukakan bahwa cooperative learning adalah suatu model pembelajaran dimana sistem belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil yang berjumlah 4-6 orang secara kolaboratif sehingga dapat merangsang siswa lebih bergairah dalam belajar.
Menurut Isjoni (2010:16) pembelajaran kooperatif atau
cooperative learning adalah suatu
model pembelajaran yang saat ini banyak digunakan untuk mewujudkan kegiatan belajar mengajar yang berpusat pada siswa (students oriented), terutama untuk mengatasi permasalahan yang ditemukan guru dalam mengaktifkan siswa, yang tidak dapat bekerja sama dengan orang lain, siswa yang agresif dan tidak peduli pada yang lain. Model pembelajaran ini telah terbukti dapat dipergunakan dalam berbagai mata pelajaran dan berbagai usia.
Ada banyak alasan mengapa cooperative learning tersebut mampu memasuki mainstream (kelaziman) praktek pendidikan. Selain bukti-bukti nyata tentang keberhasilan pendekatan ini, pada masa sekarang masyarakat pendidikan semakin menyadari pentingnya para siswa berlatih berfikir, memecahkan masalah, serta menggabungkan kemampuan dan keahlian. Walaupun memang pendekatan ini akan berjalan baik di kelas yang kemampuannya merata, namun sebenarnya kelas dengan kemampuan siswa yang bervariasi lebih membutuhkan pendekatan ini. Karena dengan mencampurkan para siswa dengan kemampuan yang beragam tersebut, maka siswa yang kurang akan sangat terbantu dan termotivasi siswa yang lebih. Demikian juga siswa yang lebih akan semakin terasah pemahamannya (Isjoni, 2010: 17-18).
Pada saatnya, kepada siswa diberikan
evaluasi dengan waktu yang cukup untuk menyelesaikan tes yang diberikan. Diusahakan agar siswa tidak bekerjasama pada saat mengikuti evaluasi, pada saat ini mereka harus menunjukkan apa yang mereka pelajari sebagai individu.
Jadi Pembelajaran Kooperatif adalah kegiatan belajar mengajar dengan menggunakan metode diskusi kelompok untuk memecahkan suatu permasalahan yang diberikan oleh guru supaya siswa lebih aktif mengikuti pelajaran.
Unsur Pembelajaran Kooperatif
Roger dan David Johnson (dalam Anita Lie,2008:31-35) mengatakan bahwa tidak semua kerja kelompok bisa dianggap pembelajaran kooperatif. Untuk mencapai hasil yang maksimal, lima unsur model pembelajaran gotong-royong harus diterapkan.
Saling Ketergantungan Positif
Keberhasilan suatu karya sangat bergantung pada usaha setiap anggotanya. Untuk menciptakan kelompok kerja yang efektif, pengajar perlu menyusun tugas sedemikian rupa sehingga setiap anggota kelompok harus menyelesaikan tugasnya sendiri agar yang lain bisa mencapai tujuan mereka.
Tanggung Jawab Perorangan
Unsur ini merupakan akibat langsung dari unsur yang pertama. Setiap siswa akan merasa bertanggung jawab untuk melakukan yang terbaik.
Tatap Muka
Setiap kelompok harus diberikan kesempatan untuk bertemu muka dan berdiskusi. Para anggota kelompok perlu diberi kesempatan untuk saling mengenal dan menerima satu sama lain dalam kegiatan tatap muka dan interaksi pribadi.
Komunikasi Antar Anggota
Unsur ini juga menghendaki agar para pembelajar dibekali dengan berbagai ketrampilan berkomunikasi. Ada kalanya pembelajar perlu diberi tahu secara eksplisit mengenai cara-cara berkomunikasi secara efektif seperti bagaimana caranya menyanggah pendapat orang lain tanpa harus menyinggung perasaan orang tersebut.
Ketrampilan berkomunikasi dalam kelompok ini merupakan proses panjang. Proses ini merupakan proses yang sangat bermanfaat dan perlu ditempuh untuk memperkaya pengalaman belajar dan pembinaan perkembangan mental dan emosional para siswa.
Evaluasi Proses Kelompok
Pengajar perlu menjadwalkan waktu khusus bagi kelompok untuk mengevaluasi proses kerja kelompok dan kerja sama mereka agar selanjutnya bisa bekerja sama dengan lebih efektif.
Tujuan Pembelajaran Kooperatif
Trianto (2009: 56) mengatakan, “tujuan dibentuknya kelompok adalah untuk memberikan kesempatan kepada semua siswa untuk dapat terlibat secara aktif dalam proses berpikir dan kegiatan belajar”. Selama bekerja dalam kelompok tugas anggota kelompok adalah mencapai ketuntasan materi yang disajikan oleh guru dan saling membantu teman sekelompoknya untuk mencapai ketuntasan belajar.
Sedangkan menurut Mohamad Nur (2008: 1), Dalam metode pembelajaran kooperatif, siswa bekerja kelompok-kelompok kecil saling membantu belajar satu sama lainnya. Kelompok-kelompok tersebut beranggotakan siswa dengan hasil belajar tinggi, rata-rata, dan rendah; laki-laki dan perempuan; siswa dengan latar belakang suku yang berbeda yang ada di kelas; dan siswa penyandang cacat bila ada. Kelompok beranggota heterogen ini tinggal bersama selama beberapa minggu, sampai mereka belajar bekerja sama dengan baik sebagai sebuah tim.
Pada dasarnya model cooperative learning dikembangkan untuk mencapai setidak-tidaknya tiga tujuan pembelajaran penting yang dirangkum (Ibrahim, et all dalam Isjoni, 2010: 27-28), yaitu:
- Hasil belajar akademik, yaitu untuk meningkatkan nilai siswa pada belajar akademik dan perubahan norma yang berhubungan dengan hasil belajar. Pembelajaran model ini dianggap unggul dalam membantu siswa dalam memahami konsep-konsep yang sulit.
- Penerimaan terhadap perbedaan individu, yaitu penerimaan secara luas dari orang-orang yang berbeda berdasarkan ras, budaya, kelas ekonomi, kemampuan, dan ketidakmampuannya.
- Pengembangan ketrampilan sosial, yaitu mengajarkan kepada siswa keterampilan bekerja sama dan kolaborasi.
Dari pendapat para ahli diatas menjelaskan tentang tujuan pembelajaran kooperatif dimana menuntut kerjasama kelompok (kolaborasi) dan melatih tiap-tiap anggota kelompoknya untuk bertanggung jawab untuk mencapai tujuan pembelajaran dan penghargaan kelompok. Sebenarnya tujuan dan prinsip dasar dalam pembelajaran tidak pernah berubah yaitu memperoleh kualitas pendidikan yang bermutu.
Lima prinsip metode belajar kooperatif yang dikembangkan dan terus dilakukan serta diperbaiki antara lain:
- STAD (Student Teams Achievement Division),
- TGT (Teams Games Tournament),
- Jigsaw,
- CIRC (Cooperative Integrated Reading and Composition),
- TAI (Team Assisted Individualization).
- PSPB (Pembelajaran Sains Berbasis Portfolio)
Referensi
Isjoni. 2011. Pembelajaran Kooperatif Meningkatkan kecerdasan Komunikasi Antar Peserta Didik. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Nur, Mohamad. 2008. Pembelajaran Kooperatif. Surabaya: Pusat Sains dan Matematika Sekolah UNESA.
Suprijono, Agus. 2009. Cooperative Learning Teori dan Aplikasi PAIKEM. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Trianto. 2009. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif: Konsep Landasan dan Implementasinya pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Jakarta: Kencana Prenada Media Group.