Keterampilan Proses Sains
Eureka Pendidikan. Keterampilan proses merupakan konsep besar dan didefenisikan sebagai perangkat keterampilan kompleks yang digunakan ilmuwan dalam melakukan penyelidikan. Keterampilan proses sains (IPA) dapat diartikan sebagai keterampilan yang dimiliki oleh para ilmuwan IPA dalam memperoleh pengetahuan, dan mengkomunikasikan perolehannya. Keterampilan tersebut berarti kemampuan menggunakan pikiran, nalar, serta perbuatan secara efisien dan efektif untuk mencapai hasil tertentu, termasuk kreativitas. Dengan demikian, keterampilan proses meliputi kemampuan olah pikir dan kemampuan olah perbuatan.
Rincian Keterampilan Proses Sains
a. Keterampilan Proses Sains Menurut Abruscato
Abruscato (Khaeruddin dan Sujiono Eko Hadi, 2005 : 32) mengklasifikasikan keterampilan proses sains menjadi dua bagian, yaitu keterampilan proses dasar (Basic Processes) dan keterampilan proses terintegrasi (Integrated Processes). Keterampilan proses dasar terdiri dari : (1) Pengamatan, (2)Penggunaan bilangan, (3)Pengklasifikasian, (4) Pengukuran, (5) Pengkomunikasian, (6) Peramalan, (7) Penginferensial. Sedangkan keterampilan terintegrasi terdiri dari : (1) Pengontrolan variabel, (2) Penggunaan bilangan, (3) Perumusan hipotesis, (4) Pendefenisian secara operasional, (5) Melakukan eksperimen. Agar siswa-siswa memiliki keterampilan tersebut, maka harus dilatih untuk melakukan kegiatan-kegiatan sehubungan dengan keterampilan itu .
b. Keterampilan Proses Sains Menurut Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK)
Pemberian pengalaman belajar secara langsung dalam pembelajaran sains sangat ditekankan melalui penggunaan dan pengembangan keterampilan proses dan sikap ilmiah dengan tujuan untuk memahami konsep-konsep dan mampu memecahkan masalah. Keterampilan proses sains yang digunakan di Sekolah Dasar (SD) dan Madrasah Ibtidaiyah (MI) dalam KBK antara lain :
- Mengamati
- Mengklasifikasi
- Mengukur
- Menggunakan alat
- Mengkomunikasikan
- Menafsirkan
- Memprediksi
- Melakukan eksperimen
Keterampilan proses sains yang digunakan di Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan Madrasah Tsanawiyah (MTs) dalam KBK antara lain :
- Mengamati
- Menggolongkan atau Mengkelaskan
- Mengukur
- Menggunakan alat
- Mengkomunikasikan hasil
- Menafsirkan
- Memprediksi
- Menganalisis
- Mensintesis
- Melakukan percobaan
Keterampilan proses sains yang digunakan di Sekolah Menengah Umum (SMU) dan Madrasah Aliyah (MA) dalam KBK antara lain :
- Mengamati
- Mengukur
- Menggolongkan
- Mengajukan Pertanyaan
- Menyusun Hipotesis
- Merencanakan percobaan
- Mengidentifikasi variabel
- Menentukan langkah kerja
- Melakukan eksperimen
- Membuat dan Menafsirkan Informasi / grafik
- Menerapkan konsep
- Menyimpulkan
- 1Mengkomunikasikan baik secara verbal maupun nonverbal
(Khaeruddin dan Sujiono Eko Hadi, 2005 : 31).
3. Keterampilan-Keterampilan Proses Sains
Keterampilan-keterampilan Proses Sains adalah keterampilan-keterampilan yang dipelajari siswa pada saat mereka melakukan inquiri ilmiah. Pada saat mereka terlibat aktif dalam penyelidikan ilmiah, mereka menggunakan berbagai macam keterampilan proses, bukan hanya satu metode ilmiah tunggal. Keterampilan-keterampilan proses sains dikembangkan bersama-sama dengan fakta-fakta, konsep-konsep, dan prinsip-prinsip sains. Menurut Nur (Khaeruddin dan Sujiono Eko Hadi, 2005 : 34) keterampilan proses tersebut adalah pengamatan (observasi), pengklasifikasian, penginferensian, peramalan, pengkomunikasian, pengukuran, penggunaan bilangan, penginterpretasian data, melakukan eksperimen, pengontrolan variabel, perumusan hipotesis, dan pendefenisian secara operasional.
1. Pengamatan
Pengamatan adalah penggunaan indera-indera seseorang. Seseorang mengamati dengan penglihatan, pendengaran, pengecapan, perabaan, dan pembauan. Beberapa perilaku yang dikerjakan siswa pada saat pengamatan adalah: (a) penggunaan indera-indera tidak hanya penglihatan; (b) pengorganisasian obyek-obyek menurut satu sifat tertentu; (c) pengidentifikasian banyak sifat; (d) pengidentifikasian perubahan-perubahan dalam suatu obyek; (e) melakukan pengamatan kuantitatif, contohnya: “5 kilogram” bukan “massa” (f) melakukan pengamatan kualitatif, contohnya: “baunya seperti susu asam” bukan “berbau”
Pengamatan yang dilakukan hanya menggunakan indera tanpa mengacu kepada satuan pengukuran baku tertentu disebut pengamatan kualitatif, sedangkan pengamatan yang dilakukan dengan menggunakan alat ukur yang mengacu kepada satuan pengukuran baku tertentu disebut pengamatan kuantitatif. Besaran yang diperoleh dari mencacah termasuk pengamatan kuantitatif.
Pengamatan kualitatif didefenisikan sebagai pengamatan yang dilakukan dengan beberapa atau seluruh indera, yaitu dengan mendeskripsikan apa yang dilihat, apa yang dirasa, apa yang dibau, apa yang didengar, apa yang dicicipi dari obyek yang diamati. Pengamatan yang hanya menggunakan satu indera tidak dapat memberikan deskripsi yang lengkap tentang obyek yang diamati (Khaeruddin dan Sujiono Eko Hadi, 2005 : 35).
Melalui pengamatan, siswa akan mempelajari dunia sekelilingnya. Mereka mengamati obyek-obyek dan fenomena alam melalui panca inderanya. Informasi dan data yang diperolehnya mendorong kesungguhan belajar, menimbulkan pertanyaan, menumbuhkan kecakapan interpretasi atau pemahaman lingkungan, serta memotivasi untuk melakukan penelitian berikutnya. Keterampilan mengamati merupakan keterampilan proses yang paling dasar dalam pembelajaran IPA dan sangat penting bagi pengembangan keterampilan proses lainnya, seperti keterampilan menyimpulkan, keterampilan komunikasi, keterampilan pengukuran dan keterampilan klasifikasi (Suderajat Hari, 2004 : 76).
Carin (Khaeruddin dan Sujiono Eko Hadi, 2005 : 36) mengemukakan bahwa terdapat tujuh komponen untuk melakukan pengamatan ilmiah yang baik, yaitu :
- Rencana (plan). Buatlah rencana untuk penuntun pengamatan supaya tidak terlewati hal-hal yang penting atau supaya tidak terjadi pengulangan yang tidak perlu.
- Indera (senses). Pergunakanlah semua indera yang tepat kalau perlu memakai alat untuk membantu indera dalam mengumpulkan informasi yang jelas.
- Pertanyaan (question). Tetaplah mempunyai rasa ingin tahu selama mengamati, waspadalah terhadap perbedaan-perbedaan dan pertanyakanlah segala sesuatu untuk mendapatkan informasi baru dan pengamatan baru.
- Pengukuran (measurement). Buatlah pengukuran-pengukuran variabel yang penting untuk melengkapi pengamatan kualitatif.
- Persamaan dan perbedaan (similarities and differences). Identifikasilah persamaan dan perbedaan antara obyek pengamatan dengan obyek-obyek lain yang dapat dibandingkan.
- Perubahan (changes). Amati perubahan-perubahan alami yang terjadi pada obyek atau sistem yang sedang diteliti. Bila perlu buatlah perubahan-perubahan dan amati perubahan yang terjadi sebagai akibat.
- komunikasi (communication). Laporkan hasil pengamatan anda dengan jelas mempergunakan uraian, diagram-diagram, gambar-gambar dan metode-metode lain yang tepat.
2. Penggunaan bilangan
Penggunaan bilangan meliputi pengurutan, penghitungan, penjumlahan, pengurangan, perkalian, dan pembagian bilangan. Beberapa perilaku yang dikerjakan siswa pada saat menggunakan bilangan adalah : (a) penghitungan; (b) pengurutan; (c) penyusunan bilangan dalam pola-pola yang benar; (d) penggunaan keterampilan matematika yang sesuai.
3. Pengklasifikasian
Pengklasifikasian adalah pengelompokan obyek-obyek menurut sifat-sifat tertentu. Beberapa perilaku siswa adalah : (a) pengidentifikasian suatu sifat umum, contohnya : mineral menyerupai logam dan mineral yang tidak menyerupai logam; (b) memilah-milahkan dengan menggunakan dua sifat atau lebih, contohnya : yang memiliki celah yang dapat menggores gelas; dan mineral tanpa celah dan mineral yang tidak dapat menggores gelas (Khaeruddin dan Sujiono Eko Hadi, 2005 : 36).
Keterampilan mengklasifikasi tergantung pada keterampilan penelitian. Melalui penelitian siswa belajar untuk mengenali persamaan dan perbedaan benda-benda disekitar kita (Suderajat Hari, 2004 : 79).
4. Pengukuran
Pengukuran adalah penemuan ukuran dari suatu obyek, berapakah suatu obyek, berapa banyak ruang yang ditempati suatu obyek. Obyek tersebut dibandingkan dengan satu satuan pengukuran, misalnya sebuah penjepit kertas atau satuan baku centimeter. Proses ini digunakan untuk melakukan pengamatan kuantitatif. Beberapa perilaku siswa adalah : (a) pengukuran panjang, volume, massa, temperatur, dan waktu dalam satuan yang sesuai; (b) memilih alat dan satuan yang sesuai untuk tugas pengukuran tertentu tersebut (Khaeruddin dan Sujiono Eko Hadi, 2005 : 37). Keterampilan siswa dalam melakukan pengukuran merupakan salah satu keterampilan praktis dan bersifat manipulatif dalam keterampilan proses penguasaan ilmu pengetahuan (Suderajat Hari, 2004 : 82).
5. Pengkomunikasian
Pengkomunikasian adalah mengatakan apa yang Anda ketahui dengan ucapan kata-kata, tulisan, gambar, demonstrasi, atau grafik. Jadi adalah penting menyatakan sesuatu atau menulis data sejelas-jelasnya. Guru dapat membantu siswa dengan jalan memberi kesempatan sebanyak-banyaknya berlatih berkomunikasi dan membantu mereka mengevaluasi apa yang mereka katakan atau tulis. Beberapa perilaku yang dikerjakan siswa pada saat melakukan komunikasi adalah : (a) pemaparan pengamatan atau dengan menggunakan perbendaharaan kata yang sesuai; (b) pengembangan grafik atau gambar untuk menyajikan pengamatan dan peragaan data; (c) perancangan poster atau diagram untuk menyajikan pengamatan (Khaeruddin dan Sujiono Eko Hadi, 2005 : 37). Kemampuan seseorang berkomunikasi dengan orang lain merupakan dasar dari apa yang orang tersebut kerjakan. Komunikasi yang efektif haruslah jelas, presisi dan tidak kabur (Nur M, 1998 : 81).
6. Peramalan
Peramalan adalah pengajuan hasil-hasil yang mungkin dihasilkan dari suatu percobaan. Ramalan-ramalan didasarkan pada pengamatan-pengamatan dan interferensi-interferensi sebelumnya. Ramalan merupakan suatu pernyataan tentang pengamatan atas apa yang mungkin dijumpai di masa yang akan datang, sedangkan inferensi berupaya untuk memberikan alasan tentang mengapa suatu pengamatan terjadi. Beberapa perilaku yang dikerjakan siswa adalah : (a) penggunaan data dan pengamatan yang sesuai; (b) penafsiran generalisasi tentang pola-pola; (c) pengujian kebenaran dari ramalan-ramalan yang sesuai.
7. Penginferensial
Penginferensial adalah penggunaan apa yang Anda amati untuk menjelaskan sesuatu yang telah terjadi. Penginferensial berlangsung, melampaui suatu pengamatan untuk menafsirkan apa yang telah diamati. Sebagai contoh : Anda melihat suatu petak rumput mati. Suatu inferensi yang mungkin diajukan adalah bahwa cacing tanah tersebut yang menyebabkan rumput itu mati. Beberapa perilaku siswa adalah : (a) mengaitkan pengamatan dengan pengalaman atau pengetahuan terdahulu; (b) mengajukan penjelasan-penjelasan untuk pengamatan-pengamatan (Khaeruddin dan Sujiono Eko Hadi, 2005 : 38).
8. Identifikasi dan Pengontrolan Variabel
Variabel adalah suatu besaran yang dapar bervariasi atau berubah pada suatu situasi tertentu. Dalam penelitian ilmiah terdapat 3 (tiga) macam variabel yang penting, yaitu variabel manipulasi, variabel respon, dan variabel kontrol. Variabel yang secara sengaja diubah disebut variabel manipulasi. Variabel yang berubah sebagai akibat pemanipulasian variabel manipulasi disebut variabel respon. Andaikan dilakukan percobaan yang menghasilkan kesimpulan bahwa “Apabila banyak lampu dihubungkan seri ditambah, maka nyala lampu menjadi semakin redup”. Variabel-variabel yang di teliti dalam percobaan itu adalah banyak lampu dan nyala lampu. Pada percobaan ini secara sengaja telah diubah banyaknya lampu, yakni mula-mula hanya ada satu lampu kemudian ditambahkan satu lampu lagi secara seri dengan lampu pertama. Oleh karena itu banyak lampu merupakan variabel manipulasi. Variabel lain, yaitu nyala lampu merupakan variabel respon, karena nyala lampu berubah akibat pemanipulasian variabel manipulasi.
Di samping variabel manipulasi, terdapat banyak faktor yang dapat mempengaruhi hasil suatu percobaan atau eksperimen. Dalam suatu eksperimen, dapat dikatakan bahwa variabel manipulasi adalah satu-satunya variabel yang berpengaruh terhadap variabel respon. Oleh karena itu, kita harus yakin bahwa faktor lain yang dapat memberikan suatu pengaruh dikontrol untuk tidak memberikan pengaruh. Dengan demikian variabel ini disebut variabel kontrol. Eksperimen yang dilakukan dengan pengontrolan variabel seperti itu dapat disebut prosedur eksperimen yang benar. Jadi mengontrol variabel berarti memastikan bahwa segala sesuatu dalam suatu percobaan adalah tetap sama kecuali satu faktor. Misalkan pada saat dilakukan eksperimen untuk menguji hipotesis “Apabila banyak lampu dihubungkan seri ditambah, maka nyala lampu menjadi semakin redup”. Kita mula-mula membuat rangkaian sederhana satu baterai yang dibebani satu lampu, ternyata menyala terang. Kemudian kita menambah satu lampu lagi secara seri dengan pertama, ternyata lampu menjadi redup. Pada saat kita menambah satu lampu tersebut, kita tidak mengubah empat variabel, yaitu jenis baterai, jenis kabel-kabel penghubung, jenis soket baterai, dan jenis soket lampu. Dalam percobaan ini kita telah menjaga empat variabel itu agar tidak mempengaruhi hasil percobaan tersebut. Empat variabel itu disebut variabel kontrol. Dengan demikian kita dapat mengatakan bahwa satu-satunya variabel yang berpengaruh terhadap redupnya nyala lampu itu (variabel respon) karena ada tambahan satu lampu secara seri (variabel manipulasi).
Beberapa perilaku siswa dalam mengontrol variabel adalah :
(a) pengidentifikasian variabel yang mempengaruhi hasil; (b) pengidentifikasian variabel yang diubah dalam percobaan; (c) pengidentifikasian variabel yang dikontrol dalam suatu percobaan (Khaeruddin dan Sujiono Eko Hadi, 2005 : 40).
9. Penafsiran Data
Penafsiran data adalah menjelaskan makna informasi yang telah dikumpulkan. Beberapa perilaku siswa adalah : (a) pengidentifikasian variabel yang mempengaruhi hasil; (b) pengidentifikasian variabel yang diubah dalam percobaan; (c) pengidentifikasian variabel yang dikontrol dalam suatu percobaan.
10. Perumusan Hipotesis
Perumusan hipotesis adalah perumusan dugaan yang masuk akal yang dapat diuji tentang bagaimana atau mengapa sesuatu terjadi. Hipotesis sering dinyatakan sebagai pernyataan jika dan maka. Contohnya : “Dengan waktu pemanasan 1 menit, apabila volume air PDAM semakin besar, maka suhu air PDAM akan semakin kecil”. Dari rumusan ini dapat dikatakan bahwa hipotesis adalah dugaan tentang pengaruh apa yang akan diberikan variabel manipulasi terhadap variabel respon. Oleh karena itu di dalam rumusan hipotesis lazim terdapat variabel manipulasi dan variabel respon. Hipotesis dirumuskan dalam bentuk pernyataan, bukan pertanyaan.
Hipotesis dapat dirumuskan dengan penalaran induktif berdasarkan data hasil pengamatan atau dirumuskan dengan penalaran deduktif berdasarkan teori. Penalaran induktif adalah penalaran yang dilakukan berdasarkan data atau kasus menuju ke suatu pernyataan kesimpulan umum yang dapat berbentuk hipotesis atau teori sementara. Penalaran deduktif adalah penalaran yang dilakukan berdasarkan teori menuju pernyataan kesimpulan sementara yang bersifat spesifik. Beberapa perilaku siswa yang dikerjakan siswa saat merumuskan hipotesis adalah: (a) perumusan hipotesis berdasarkan pengamatan dan inferensi; (b) merancang cara-cara untuk menguji hipotesis; (c) merevisi hipotesis apabila data tidak mendukung hipotesis tersebut (Khaeruddin dan Sujiono Eko Hadi, 2005 : 41).
11. Pendefenisian Variabel Secara Operasional (PVSO)
PVSO adalah perumusan suatu defenisi yang berdasarkan pada apa yang dilakukan atau apa yang diamati. Suatu defenisi operasional mengatakan bagaimana sesuatu tindakan atau kejadian berlangsung, bukan apakah tindakan atau kejadian itu.
Mendefenisikan secara operasional suatu variabel berarti menetapkan tindakan apa yang dilakukan dan pengamatan apa yang akan dicatat. Contohnya, dari hipotesis “Dengan waktu pemanasan 1 menit, apabila volume air PDAM semakin besar, maka suhu air PDAM akan semakin kecil”. Untuk variabel manipulasi, tindakan yang dilakukan adalah menuangkan air ke dalam gelas kimia sampai 20 ml, 40 ml, 60 ml; sedangkan pengamatan yang dicatat adalah volume air PDAM, yaitu 20 ml, 40 ml, dan 60 ml. untuk variabel respon, tindakan yang dilakukan adalah menyalakan lilin, sedangkan pengamatan yang dicatat adalah suhu air PDAM. Penting dicatat bahwa tiap peneliti dapat membuat defenisi operasional variabel sendiri-sendiri, artinya variabel yang sama defenisi operasionalnya dapat berbeda-beda bergantung pada yang ditetapkan masing-masing peneliti.
Oleh karena itu, sebagian besar rancangan eksperimen sebagai persiapan pengumpulan data telah terselesaikan. Yang tersisa tinggal menetapkan variabel kontrol. Beberapa perilaku siswa saat mendefenisikan variabel secara operasional adalah; (a) memaparkan pengalaman-pengalaman dengan menggunakan obyek-obyek konkrit, (b) mengatakan apa yang diperbuat obyek-obyek tersebut, (c) memaparkan perubahan-perubahan atau pengukuran-pengukuran selama suatu kejadian.
12. Melakukan eksperimen
Melakukan eksperimen adalah pengujian hipotesis atau prediksi. Dalam suatu eksperimen, seluruh variabel harus dijaga tetap sama kecuali satu, yaitu variabel manipulasi. Dengan kata lain, eksperimen atau percobaan dapat didefenisikan sebagai usaha sistematik yang direncanakan untuk menghasilkan data untuk menjawab suatu rumusan masalah atau menguji hipotesis. Apabila cara bagaimana suatu variabel akan dimanipulasi dan jenis respon yang diharapkan dinyatakan secara jelas dalam bentuk defenisi operasional. Beberapa perilaku yang dikerjakan siswa saat melakukan eksperimen adalah : (a) merumuskan dan menguji prediksi tentang kejadian-kejadian, (b) mengajukan dan menguji hipotesis, (c) mengidentifikasi dan mengontrol variabel, (d) mengevaluasi prediksi dan hipotesis berdasarkan pada hasil-hasil percobaan (Khaeruddin dan Sujiono Eko Hadi, 2005 : 42).
4. Pendekatan Keterampilan Proses
Pendekatan keterampilan proses ialah pendekatan pembelajaran yang bertujuan mengembangkan sejumlah kemampuan fisik dan mental sebagai dasar untuk mengembangkan kemampuan yang lebih tinggi pada diri siswa. Kemampuan-kemampuan fisik dan mental tersebut pada dasarnya telah dimiliki oleh siswa meskipun masih sederhana dan perlu diransang agar menunjukkan jati dirinya. Dengan mengembangkan keterampilan-keterampilan memproses perolehan, anak akan mampu menemukan dan mengembangkan sendiri fakta dan konsep serta penumbuhan dan pengembangan sikap dan nilai.
Pengertian tersebut menunjukkan, bahwa dengan keterampilan proses siswa berupaya menemukan dan mengembangkan konsep dalam materi ajaran. Konsep-konsep yang telah dikembangkan itu berguna untuk menunjang pengembangan kemampuan selanjutnya. Interaksi antara kemampuan dan konsep melalui proses belajar mengajar selanjutnya mengembangkan sikap dan nilai pada diri siswa, misalnya kreativitas, kritis, ketelitian, dan kemampuan memecahkan masalah (Hamalik Oemar, 2003 : 149)
Menurut Nur proses belajar mengajar dengan pendekatan keterampilan proses adalah proses belajar mengajar yang dirancang sedemikian rupa sehingga siswa dapat menemukan fakta-fakta, konsep-konsep dan teori-teori dengan keterampilan proses dan sikap ilmiah siswa sendiri. Siswa diberi kesempatan untuk langsung terlibat dalam kegiatan-kegiatan dan atau pengalaman-pengalaman “ilmiah” tak berbeda dengan apa yang dialami oleh saintis. (Nur M, 1998 : 3)
Pendekatan proses dalam pengajaran sains didasarkan pada pengkajian terhadap apa yang dilakukan ilmuwan. Proses-proses itu dijabarkan dari pengkajian terhadap apa yang dilakukan ilmuwan dan disebut keterampilan proses sains. Beberapa yang termasuk dalam keterampilan proses itu adalah : pengamatan, pengukuran, inferensi, pemanipulasian variabel, merumuskan hipotesis, pendefenisian secara operasional dan melakukan eksperimen.
Untuk mengajarkan keterampilan proses itu kepada siswa, perlu siswa itu benar-benar melakukan pengamatan, pengukuran, pemanipulasian variabel dan sebagainya. Ringkasnya, ia bertindak sebagai ilmuwan. Oleh karena itu pendekatan ini lebih banyak melibatkan siswa dengan obyek-obyek konkrit, yaitu siswa aktif berbuat. Pendekatan proses memberi siswa pemahaman yang valid tentang hakikat sains. Siswa dapat menghayati keasyikan sains dan dapat lebih baik memahami fakta-fakta dan konsep-konsep.
Hal yang unik dari pengajaran sains melalui pendekatan proses adalah bahwa pendekatan ini memberikan siswa suatu “sentuhan rasa” tentang sains. Misalnya, mudah untuk mengatakan kepada siswa bahwa air mendidih pada 100oC atau membeku pada 0 oC, tetapi alangkah akan lebih bermanfaat bila mengajarkan siswa itu bagaimana mengukur suhu yang merupakan salah satu keterampilan proses sains. Siswa itu akan dapat “menemukan” sendiri titik didih dan titik beku air. Dia akan mendapatkan suatu “perasaan” tentang sains.
Pengembangan keterampilan proses sains pada siswa merupakan usaha yang bermanfaat. Keterampilan proses sains dapat ditransfer ke topik dan bidang studi lain serta tidak mudah dilupakan. Keterampilan proses sains membuat siswa merasakan hakikat sains dan memungkinkan siswa “berbuat” sains. Dan dengan “berbuat” sains, siswa belajar fakta-fakta dan konsep-konsep sains. Jadi, dengan menggunakan keterampilan proses dalam mengajarkan sains, siswa belajar “proses” dan “produk” sains. (Nur M, 1998 : 21)
Sumber: Jurnal Universitas Negeri Makassar