Aliran Filsafat Pendidikan: Realisme
Eureka Pendidikan. Berdasarkan bentuk kata (etimologi) Realisme berasal dari Bahasa Latin ”
realis” yang berarti ”
sungguh-sungguh atau nyata dan benar”. Realisme adalah filsafat yang menganggap bahwa terdapat satu dunia eksternal nyata yang dapat dikenali. Karena itu, realisme berpandangan bahwa objek persepsi indrawi dan pengertian sungguh-sungguh ada, terlepas dari indra dan budi yang menangkapnya karena objek itu memang dapat diselidiki, dianalisis, dipelajari lewat ilmu, dan ditemukan hakikatnya lewat ilmu filsafat .
Para penganut realisme mengakui bahwa seseorang bisa salah lihat pada benda-benda atau dia melihat terpengeruh oleh keadaan sekelilingnnya. Namun, mereka paham ada benda yang dianggap mempunyai wujud tersendiri, ada benda yang tetap kendati diamati .
Sebagai aliran filsafat, realisme berpendirian bahwa yang ada yang ditangkap pancaindra dan yang konsepnya ada dalam budi itu memang nyata ada.
Contohnya:
- Kaki yang tersandung batu yang ada di jalan yang baru dialami memang ada.
- Bunga mawar yang bau harumnya merangsang hidung sungguh-sungguh nyata ada bertengger pada ranting pohonnya di taman bunga.
- Kucing yang dilihat mencuri lauk di atas meja makan betul-betul ada dan hidup dalam rumah keluarga itu.
Sejarah Realisme
Aliran realisme berpandangan bahwa hakikat realitas adalah fisik dan ruh yang bersifat dualistis yaitu hal fisik dan rohani, dalam pendidikan ada subjek yang mengetahui tentang manusia dan alam. Kajian yang mendalam mengenai realisme ini lebih cenderung kepada politik, namun beberapa subjek membahas mengenai pendidikan.
Realisme pendidikan dipelopori oleh beberapa orang filosuf diantaranya David Hume, John Stuart Mill.
Mereka membagi aliran ini menjadi tiga bagian yaitu:
- Materialisme : prinsip filsafat yang berhubungan dengan materi.
- Idealisme : prinsip filsafat yang berhubungan dengan ruh.
- Realisme : prinsip filsafat yang memadukan aliran materialisme dengan idealisme.
Di samping realisme pendidikan, realisme membagi subjek pengetahunannya diantaranya realisme sebagai gerakan kebudayaan dan realisme dalam seni rupa.
Bentuk Bentuk Realisme
1. Realisme Ekstrem Atau Primitif
Realisme ekstrem, yang berpendapat bahwa abstraksi itu ada sebagai entitas riil dalam dimensi lain realitas dan bahwa konkret yang kita persepsi hanyalah merupakan cerminan yang tidak sempurna, namun konkret tersebut menyebabkan timbulnya abstraksi dalam pikiran kita.
Mazhab realisme ekstrem, pada hakikatnya, berusaha untuk memelihara keunggulan eksistensi (realitas) dengan melepaskan kesadaran yaitu dengan memasukkan konsep ke dalam yang ada konkret dan mereduksi kesadaran pada tingkat perseptual, yaitu pada fungsi otomatis pemahaman persep (dengan sarana adikodrati, karena persep seperti itu tidak ada).
Kelemahan realisme ekstrem adalah ada pengalaman universal kekeliruan menilai persepsi; tidak ada penjelasan mengenai objek khayalan/halusinasi; semua persepsi tergantung konteks visual.
2. Realisme Akal Sehat
Pada awalnya, realisme akal sehat tampaknya memperlunak masalah-masalah realisme ekstrem, tetapi menghindari kepalsuan yang segera dirasakan orang dengan adanya dualisme dan idealisme. Realisme akal sehat sepakat dengan realisme ekstrem atau primitif bahwa obyek-obyek fisik tidak bergantung pada pikiran atau berada di luar pikiran, walaupun obyek-obyek itu secara langsung dan seketika dapat diobservasi oleh pikiran. Hal yang membedakan dua pandangan ini adalah pemahaman realisme akal sehat tentang obyek yang tidak nyata, yang khayalan atau yang merupakan halusinasi. Persepsi semacam ini bersifat subyektif, dan obyek-obyeknya seluruhnya terdapat di dalam pikiran.
Realisme akal sehat memiliki kelebihan dalam mengatasi kritik kedua yang diajukan terhadap realisme ekstrem atau primitif. Menurut realisme akal sehat, obyek yang khalayan tidak berdiri sendiri dan berada di luar pikiran, tetapi dalam beberapa hal merupakan produk pikiran.
Konsep Pendidikan Realisme
Berdasarkan aliran realisme, maka tujuan pendidikan akan dirumusakan sebagai upaya pengembangan potensi-potensi yang ada dan dimiliki oleh peserta didik untuk menjadi seoptimal mungkin. Menurut Realisme, yang dimaksud dengan hakikat kenyataan itu berada pada ”hal” atau ”benda”. Jadi, bukan sesuatu yang terlepas atau dilepaskan dari pemiliknya. Oleh karena itu, wajar bila yang menjadi perhatian pertama dalam pendidikan adalah apa yang ada pada peserta didik .
Tujuan-tujuan pendidikan dalam aliran realisme adalah dapat menyesuaikan diri secara tapat dalam hidup dan dapat melaksanakan tang jawab sosial.
2. Prinsip-Prinsip Pendidikan Realisme
- Belajar pada dasarnya mengutamakan perhatian pada peserta didik seperti apa adanya.
- Inisiatif dalam pendidikan harus ditekankan pada pendidik bukan pada anak.
- Inti dari proses pendidikan adalah asimilasi dari subjek mater yang telah ditentukan. Kurikulum diorganisasikan dan direncanakan dengan pasti oleh guru. Secara luas lingkungan materiil dan sosial, manusia yang menentukan bagaimana seharusnya ia hidup.
- Kurikulum komprehensif yang berisi semua pengetahuan yang berguna bagi penyesuaian diri dalam idup dan tanggung jawab sosial.
- Kurikulum berisi unsure-unsur pendidikan liberal/pendidikan umum untuk mengembangkan kemampuan berfikir dan pendidikan praktis untuk kepentingan bekerja.
- Semua kegiatan belajar berdasarkan pengalaman baik langsung maupun tidak langsung.
- Metode mengajar hendaknya bersifat logis, bertahap atau berurutan.
- Pembiasaan merupakan sebuah metode pokok yang dipergunakan baik oleh kalangan penganut realisme maupun behaviorisme.
4. Peranan Peserta Didik dan Pendidik
- Dalam hubungannya dengan pengajaran, peranan peserta didik adalah penguasaan pengetahuan adalah yang dapat berubah-ubah.
- Dalam hubungannya dengan disiplin, tata cara yang baik sangat penting dalam belajar. Peserta didik perlu mempunyai disiplin mental dan moral untuk setiap tingkat kebajikan.
- Peranan pendidik adalah menguasai pengetahuan, keterampilan teknik-teknik pendidikan dengan kewenangan untuk mencapai hasil pendidikan yang dibebankan padanya.