Sejarah Kurikulum
Eureka Pendidikan. Istilah kurikulum pada mulanya dipopulerkan dalam dunia olah raga pada jaman Yunani kuno. Dalam bahasa Yunani Curriculum berasal dari kata
curir artinya pelari dan
curere yang artinya tempat berpacu.
Curiculum diartikan sebagai jarak yang harus ditempuh oleh pelari. Dalam dunia pendidikan diartikan “sejauh mata pelajaran yang harus ditempuh atau diselesaikan oleh peserta didik untuk memperoleh ijazah. Isi dari kurikulum adalah sejumlah mata pelajaran (
subject matter) yang diberikan oleh institusi pendidikan yang kemudian dapat diperluas dengan kegiatan intra kurikuler dan ekstra kurikuler dan tujuan utama pendidikan atau kurikulun adalah agar peserta didik menguasai pengetahuan atau mata pelajaran yang disimbolkan dalam bentuk ijazah atau surat tanda
belajar.
In The Curriculum, the first textbook published on the subject, in 1918, John Franklin Bobbitt said that curriculim, as an idea, has its roots in the Latin word for race-course, explaining the curriculum as the course of deeds and experiences through which children become the adults they should be, for success in adult society. Furthermore, the curriculum encompasses the entire scope of formative deed and experience occurring in and out of school, and not experiences occurring in school; experiences that are unplanned and undirected, and experiences intentionally directed for the purposeful formation of adult members of society.
Secara terminologis, istilah kurikulum yang digunakan dalam dunia pendidikan mengandung pengertian sebagai sejumlah pengetahuan atau mata pelajaran yang harus ditempuh atau diselesaikan siswa untuk mencapai satu tujuan pendidikan atau kompetensi yang ditetapkan. Sebagai tanda atau bukti bahwa seseorang peserta didik telah mencapai standar kompetensi tersebut adalah dengan sebuah ijazah atau sertifikat yang diberikan kepada peserta didik. Menurut UU No 20 Tahun 2003 Sisdiknas (Bab I, Pasal I ayat 19) “Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu.”
Pada awal abad 20 terutama di Amerika muncul beberapa jenis organisasi kurikulun yang baru sebagai reaksi terhadap kurikulum subject matter yakni organisasi kurikulum paling tua. Pertentangan muncul antara subject matter dengan lawannya yakni activity curriculum. Dalam dunia pendidikan kita mengenal tiga jenis kurikulum yaitu subject matter curriculum, activity curriculum dan core curriculum.
Subject Matter Curriculum merupakan kurikulum yang tertua yaitu organisasi kurikulum berupa isi pendidikan dalam bentuk mata pelajaran (diklasifikasikan berdasarkan bidang keilmuan yang disusun berdasarkan kebutuhan peserta didik), yang diberikan kepada para peserta didik secara terpisah-pisah satu sama lain. Kurikulum subject matter memiliki beberapa kelemahan antara lain terlalu fragmentalis (terpecah), mengabakan minat dan bakat sisiwa, penyusunan yang tidak efisien, mengabaikan masalah sosial, gagal mengembangkan cara berpikir kreatif. Akibat kritikan tersebut maka dikembangkan beberapa kurikulum untuk menyempurnakan kurikulum subject matter antara lain Corelated Curriculum (kurikulum korelasi) yang dikembangkan oleh Herbat pada awal abad 19. Kurikulum ini menekankan adanya hubungan antara beberapa mata pelajaran tanpa menghilangkan batas-batas setiap mata pelajaran, seperti Broad field Curriculum yang dipelopori oleh Thomas Huxley pada tahun 1969 di London dan di Amerika yang pertama kali muncul ada awal abad 20. Sedangkan di Indonesia sejak tahun 1975 dalam kurikulum sudah menggunakan prinsip broadfield dengan mengembangkan bidang studi IPA,IPS, Bahasa, Matematika dan lain-lain.
Kurikulum aktivitas (activity curriculum) disebut juga kurikulum proyek atau kurikulum pengalaman. Kurikulum ini pertama kali diperkenalkan di Amerika Serikat melalui sekolah percobaan yang dipimpin oleh John Dewey 1897 di Chicago. Perbedaan antara kurikulum subject matter dan activity curriculum adalah program pendidikan ditujukan perhatiannya pada anak (child centre) bukan subject centre, belajar bersama merupakan hasil usaha perhatian bersama, tidak ada perencanaan yang mendahului, namun guru tetap bertanggung jawab terhadap beberapa tugas penting yang menuntu perencanaan.
Kurikulum inti (
core curriculum) yang berpadangan bahwa pendidik memberikan tekanan kepada dua aspek yang berbeda yaitu: adanya reaksi terhadap mata pelajaran yang bercerai berai yang mengakumulasikan bahan
pengetahuan, perubahan konsep mengenai peran ssial pendidikan di sekolah. Ciri-ciri kurikulum ini yang membedakannya dengan dua kurikulum sebelumnya adalah menekankan pada inti nilai-nilai sosial, struktur kurikulum ini ditentukan oleh problem sosial dan pri-kehidupan sosial, ciri pokok dari kurikulum ini adalah bahwa
belajar umum diperlukan bagi semua siswa. Kelemahan kurikulum ini adalah lebih menekankan pada lapangan sosial.